Gaya Manajer Tradisional Menurut Likert: Membumi dan Ngegas!

Posted on

Siapa bilang gaya manajer tradisional itu kuno dan membosankan? Menurut teori Likert, ada dua kata kunci yang bisa menggambarkan gaya manajer tradisional: membumi dan ngegas! Meskipun terlihat kontradiktif, tapi itulah keunikan dari gaya kepemimpinan yang satu ini. Yuk, simak ulasan lengkapnya!

Ketika kita membayangkan seorang manajer tradisional, mungkin yang terlintas di pikiran adalah orang yang kaku, otoriter, dan terjebak dalam rutinitas yang membosankan. Namun menurut Rensis Likert, seorang ilmuwan sosial asal Amerika Serikat, gaya manajer tradisional justru memiliki kelebihan dan keunggulan tersendiri.

Pertama-tama, gaya ini bisa disebut “membumi” karena manajer tradisional cenderung lebih dekat dengan karyawan. Mereka lebih mudah bergaul, ramah, dan sering berinteraksi langsung dengan bawahan. Tidak ada sekat yang terlalu jelas antara manajemen dan karyawan, membuat ikatan sosial di lingkungan kerja menjadi lebih erat.

Selanjutnya, gaya manajer tradisional juga bisa dicap sebagai “ngegas” karena mereka lebih menyukai pengambilan keputusan yang cepat dan tegas. Mereka tidak suka bertele-tele atau menghabiskan waktu dalam rapat panjang lebar. Keputusan diambil dengan cepat, berani, dan tanpa basa-basi. Inilah yang membuat manajer tradisional terlihat lebih berani dalam menghadapi tantangan atau perubahan.

Tidak hanya itu, manajer tradisional juga sangat menghargai disiplin dan penegakan aturan. Bagi mereka, aturan adalah landasan yang harus dijunjung tinggi. Mereka tidak segan-segan memberikan sanksi yang tegas jika ada karyawan yang melanggar aturan. Meskipun terkadang terkesan keras, namun inilah yang membuat lingkungan kerja lebih terstruktur dan teratur.

Tetapi, tentu saja tidak bisa dipungkiri bahwa gaya manajer tradisional juga memiliki kekurangan. Terlalu sering bergaul dengan karyawan bisa membuat mereka kehilangan otoritas dan sulit mempertahankan sikap objektif dalam mengambil keputusan. Selain itu, kecenderungan untuk bertindak cepat bisa membuat mereka terlalu terburu-buru sehingga kadang-kadang melakukan kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari.

Dalam era digital seperti sekarang, gaya manajer tradisional mungkin terlihat ketinggalan zaman. Namun, dengan sentuhan yang tepat dan penyesuaian dengan perkembangan zaman, manajer tradisional tetap bisa menjadi pemimpin yang berhasil. Itulah keunikan dari gaya kepemimpinan ini.

Jadi, jangan melabeli gaya manajer tradisional sebagai sesuatu yang membosankan dan kuno. Mereka juga memiliki kelebihan yang membuat mereka tetap relevan di era modern ini. Ingatlah, gaya kepemimpinan yang sukses adalah yang dapat menggabungkan kelebihan dari berbagai jenis gaya manajemen, termasuk gaya manajer tradisional menurut teori Likert.

Apa Itu Gaya Manajer Tradisional Menurut Likert?

Gaya manajer tradisional merupakan suatu pendekatan manajemen yang telah ada sejak lama dan masih banyak dipraktikkan dalam organisasi hingga saat ini. Pendekatan ini dinamakan gaya manajer tradisional karena dipengaruhi oleh budaya dan praktik manajemen yang terbentuk dalam jangka waktu yang panjang.

Pendekatan ini juga disebut sebagai gaya manajemen otoriter, di mana manajer mengambil keputusan sendiri tanpa melibatkan bawahan. Gaya manajer tradisional menekankan pada hirarki yang jelas, perintah dari atas ke bawah, dan kontrol yang ketat terhadap bawahan. Likert menggambarkan gaya manajer tradisional ini sebagai gaya manajemen yang otoriter-paternalistik.

Dalam gaya manajer tradisional menurut Likert, hubungan antara manajer dengan bawahan cenderung formal dan jarang diadakan komunikasi dua arah. Manajer memiliki kekuasaan mutlak dalam mengambil keputusan dan memberikan perintah kepada bawahan. Bawahan diharapkan hanya melaksanakan instruksi yang diberikan tanpa banyak berpikir kritis atau memberikan masukan.

Di bawah gaya manajer tradisional, manajer memiliki sikap otoriter dan hierarki yang kuat. Mereka berfokus pada output dan hasil yang diperoleh daripada membantu dan mengembangkan bawahan. Dalam gaya ini, manajer sering menggunakan hukuman dan penghargaan sebagai metode kontrol, dengan harapan bawahan akan taat dan produktif.

Dalam lingkungan kerja yang dikelola dengan gaya manajer tradisional, bawahan sering merasa tidak dihargai dan diabaikan sebagai individu. Mereka cenderung kehilangan motivasi dan rasa memiliki terhadap pekerjaan mereka. Kreativitas dan inisiatif juga sering ditekan karena kurangnya ruang untuk mengemukakan ide dan pendapat.

Dalam beberapa situasi, gaya manajer tradisional masih digunakan dan terbukti dapat menghasilkan hasil yang diinginkan, terutama dalam situasi yang membutuhkan pengambilan keputusan cepat dan kontrol yang ketat. Namun, gaya ini juga memiliki banyak kelemahan dan dapat menyebabkan ketidakpuasan, konflik, dan rendahnya produktivitas.

Cara Gaya Manajer Tradisional Menurut Likert

Penerapan gaya manajer tradisional menurut Likert sering dibagi menjadi empat tingkat atau gaya berbeda, yaitu otoriter-exploitatif, otoriter-berbentuk aturan yang terinci, konsultatif-partisipatif, dan demokratis partisipatif. Berikut adalah penjelasan lengkap mengenai masing-masing gaya:

1. Gaya Otoriter-Exploitatif

Gaya ini merupakan yang paling otoriter dan memfokuskan pada kepentingan diri sendiri. Manajer yang menerapkan gaya ini cenderung mencoba mengkontrol bawahan secara total dengan menggunakan dorongan dan hukuman. Komunikasi antara manajer dan bawahan seringkali hanya berlangsung satu arah, yaitu dari manajer ke bawahan.

2. Gaya Otoriter-Berbentuk Aturan yang Terinci

Dalam gaya ini, manajer berusaha menerapkan batasan-batasan yang jelas dan mengharuskan bawahan untuk mengikuti aturan yang terinci. Manajer memberikan sedikit kebebasan bagi bawahan untuk mengambil keputusan dan seringkali memicu rasa tidak nyaman dan keengganan.

3. Gaya Konsultatif-Partisipatif

Gaya ini melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. Manajer akan mendengarkan pendapat bawahan dan mempertimbangkan masukan mereka sebelum mengambil keputusan. Namun, manajer tetap memegang kekuasaan utama dan memiliki hak veto terhadap keputusan akhir.

4. Gaya Demokratis Partisipatif

Gaya ini merupakan bentuk paling partisipatif dan menghargai kerjasama antara manajer dan bawahan. Manajer memberikan wewenang kepada bawahan dan melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan. Ada rasa saling percaya dan bawahan merasa memiliki dan memiliki tanggung jawab terhadap pekerjaan mereka.

FAQ (Frequently Asked Questions)

Pertanyaan 1: Apakah gaya manajer tradisional masih relevan di era modern?

Jawaban: Meskipun gaya manajer tradisional memiliki kelemahan dan dikritik dalam banyak aspeknya, tidak dapat dipungkiri bahwa ada situasi tertentu di mana pendekatan ini masih relevan. Misalnya, ketika ada kebutuhan untuk memutuskan dengan cepat dalam situasi yang darurat, gaya manajer tradisional yang otoriter dapat memfasilitasi pengambilan keputusan yang cepat dan efektif. Namun, diperlukan keseimbangan dengan gaya manajemen modern yang lebih berorientasi pada partisipasi dan kolaborasi.

Pertanyaan 2: Apa kelemahan utama gaya manajer tradisional menurut Likert?

Jawaban: Salah satu kelemahan utama gaya ini adalah kurangnya perhatian terhadap perkembangan dan kesejahteraan bawahan. Fokus pada kontrol dan tindakan otoriter dapat menyebabkan rendahnya motivasi dan kepuasan kerja bawahan. Selain itu, gaya manajer tradisional juga dapat menghambat inovasi dan kreativitas karena kurangnya penghargaan terhadap ide-ide baru dan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan.

Pertanyaan 3: Apakah ada alternatif gaya manajemen yang lebih modern daripada tradisional?

Jawaban: Ya, ada beberapa alternatif gaya manajemen yang lebih modern dan berfokus pada keterlibatan bawahan, kolaborasi, dan pemberdayaan individu. Beberapa di antaranya adalah gaya manajemen demokratis, partisipatif, transformatif, dan sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals). Pertumbuhan dan kemajuan teknologi juga mempengaruhi pengembangan gaya manajemen yang lebih adaptif dan responsif terhadap perubahan.

Kesimpulan

Gaya manajer tradisional menurut Likert dianggap sebagai pendekatan manajemen otoriter yang memfokuskan pada hirarki yang jelas dan kontrol yang ketat terhadap bawahan. Ada empat gaya yang dapat diidentifikasi dalam pendekatan ini, yaitu otoriter-exploitatif, otoriter-berbentuk aturan yang terinci, konsultatif-partisipatif, dan demokratis partisipatif.

Meskipun masih relevan dalam beberapa situasi, gaya manajer tradisional memiliki kelemahan yang signifikan, termasuk kurangnya perhatian terhadap perkembangan bawahan, penekanan terhadap kontrol, dan hambatan terhadap inovasi. Alternatif gaya manajemen yang lebih modern dan adaptif telah muncul untuk mengatasi kelemahan ini dan mempromosikan keterlibatan, kolaborasi, dan partisipasi bawahan.

Untuk mencapai keberhasilan dalam gaya manajer tradisional atau pendekatan manajemen lainnya, penting bagi manajer untuk mempertimbangkan situasi yang relevan, pengaruh budaya, dan kebutuhan organisasi secara menyeluruh. Dalam setiap gaya manajemen, hubungan yang baik dengan bawahan dan komunikasi dua arah yang efektif tetap menjadi kunci untuk meraih produktivitas dan kesuksesan jangka panjang.

Eberto
Mengajar seni dan menghasilkan karya seni dalam kata. Antara mengajar kreativitas dan menciptakan seni, aku menjelajahi dunia seni dan pengetahuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *