Meringkas Kisah Yohanes 12:1-8: Kasih Sejati di Tengah-Tengah Kemewahan

Posted on

Ini adalah cerita yang penuh makna dan menginspirasi dari kitab Injil Yohanes pasal 12, ayat 1 hingga 8. Kisah ini mengangkat tema pentingnya penghargaan, cinta, dan pengorbanan kasih dalam kehidupan sehari-hari.

Pada suatu hari, Yesus berkunjung ke rumah Lazarus, yang sebelumnya telah dibangkitkan-Nya dari kematian. Terdapat pesta makan malam di sana, yang dihadiri oleh banyak orang. Di tengah suasana keakraban dan kegembiraan itu, seorang wanita bernama Maria datang dengan sebuah botol minyak wangi murni yang sangat mahal.

Maria menghampiri Yesus, kemudian wangi minyak tersebut ia tuangkan dan gosokkan pada kaki Yesus. Tindakan ini adalah ungkapan kasih dan penghormatan setinggi langit dari Maria kepada Yesus, yang pernah menyembuhkan adiknya dari kematian. Minyak wangi tersebut bukan hanya sekadar minyak biasa, namun sangat berharga dan harganya bisa membeli setahun gaji seorang buruh.

Suatu fakta menarik terjadi, Yudas Iskariot, salah satu murid Yesus, mengkritik tindakan Maria ini dengan berkata, “Mengapa minyak ini tidak dijual dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Yudas berkata demikian karena dia serakah dan ingin memperkaya dirinya sendiri, dengan pura-pura bersikap kasih kepada orang miskin.

Mendengar celaan Yudas itu, Yesus dengan bijak menegaskan bahwa tindakan Maria adalah sebuah tindakan yang luar biasa dan penuh kasih. Yesus berkata bahwa “Orang miskin selalu ada di antara kita, tetapi Aku tidak akan selalu ada di tengah-tengah kita.” Yesus menyadarkan kita bahwa kasih dan penghormatan haruslah didahulukan, karena itu adalah kebaikan yang abadi, sedangkan kemiskinan selalu ada dan selalu dapat kita bantu.

Mengakhiri kisah ini, Yesus mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Maria sebagai tanda kasih dan penghargaan kepada-Nya akan diingat selama berabad-abad. Dalam perumpamaan Yesus, Maria telah memperfumkan kaki-Nya untuk mempersiapkan-Nya menghadapi kematian-Nya yang akan datang.

Kisah Yohanes 12:1-8 mengajarkan kita bahwa kasih sejati dan penghargaan seharusnya menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita. Tindakan Maria yang luar biasa tersebut menjadi teladan bagi kita semua. Saat kita memberikan cinta dan penghormatan dengan tulus, kita meninggalkan jejak yang tak terlupakan di hati orang-orang di sekitar kita. Sehingga, dalam hidup kita, marilah kita mengutamakan kasih, bila kita ingin berbagi keindahan kasih-Nya kepada sesama.

Apa Itu Yohanes 12:1-8?

Yohanes 12:1-8 adalah salah satu dari banyak perikop dalam Injil Yohanes yang menggambarkan peristiwa yang terjadi sebelum Penyaliban Yesus Kristus. Perikop ini menceritakan tentang peristiwa di rumah Lazarus, yang Yesus telah membangkitkan dari kematian beberapa waktu sebelumnya.

Cara Yohanes 12:1-8 Terjadi

Pada saat itu, Yesus dan murid-murid-Nya tiba di Betania, di mana rumah Lazarus, Maria, dan Marta berada. Mereka mengadakan perjamuan untuk menghormati Yesus. Maria, saudara perempuan Lazarus, mengambil setengah liter minyak narwastu yang murni yang sangat mahal, dan mengoleskan minyak itu kepada kaki Yesus. Rumah itu pun dipenuhi dengan harum wangi minyak narwastu itu.

Yudas Iskariot, seorang murid yang akan mengkhianati Yesus, mengomentari tindakan Maria dengan berkata, “Mengapa minyak narwastu ini tidak dijual dengan harga tiga ratus dinar dan uangnya diberikan kepada orang-orang miskin?” Yudas sebenarnya tidak peduli pada orang miskin, melainkan pada uang yang bisa ia dapatkan dari penjualan minyak tersebut.

Namun, Yesus membelanya, “Biarkanlah dia. Minyak itu adalah untuk hari pengurapanku. Orang miskin selalu ada di tengah-tengahmu, tetapi Aku tidak selalu ada di tengah-tengahmu.” Yesus mengakui bahwa perbuatan Maria memiliki makna khusus, yaitu sebagai tanda penghormatan terakhir sebelum Penyaliban-Nya.

Pentingnya Peristiwa Yohanes 12:1-8

Peristiwa ini penting karena melibatkan tindakan Maria yang penuh pengorbanan dan penghormatan kepada Yesus. Tindakan Maria bukan hanya sebuah kebaikan biasa, tetapi juga menjadi simbol pengorbanan yang dilakukan Yesus sebagai kurban penebusan bagi dosa umat manusia. Minyak narwastu yang mahal melambangkan kualitas keberanian, ketekunan, dan kesungguhan hati dalam menghadapi penderitaan dan kemuliaan yang akan datang.

Peristiwa ini juga mencerminkan kepedulian Yesus terhadap harta benda dan uang. Yesus mengajarkan bahwa harta benda hanya menjadi sekadar alat bagi umat manusia untuk melayani dan membantu sesama, bukan menjadi tujuan utama kehidupan. Hal ini sesuai dengan ajaran Yesus yang menyatakan, “Sebab di mana harta kamu, di situ juga hatimu.”

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Mengapa Maria mengoleskan minyak narwastu kepada kaki Yesus?

Maria mengoleskan minyak narwastu kepada kaki Yesus sebagai tanda penghormatan dan pengorbanan terhadap-Nya. Tindakan ini juga melambangkan pengakuan Maria akan kedaulatan dan kemuliaan Yesus sebagai Mesias yang akan memberikan hidup yang kekal melalui penderitaan-Nya.

2. Mengapa Yudas Iskariot mengkritik tindakan Maria?

Yudas Iskariot mengkritik tindakan Maria karena ia lebih memedulikan uang daripada pengorbanan yang dilakukan Maria. Yudas ingin mengambil keuntungan dari penjualan minyak narwastu tersebut dan tidak menghargai kebaikan yang diberikan Maria kepada Yesus.

3. Apa arti dari pernyataan Yesus, “Minyak itu adalah untuk hari pengurapanku”?

Pernyataan Yesus ini mengacu pada persiapan-Nya untuk Penyaliban dan kematian-Nya sebagai kurban penebusan bagi dosa-dosa umat manusia. Minyak narwastu yang digunakan oleh Maria merupakan tanda penghormatan terakhir sebelum Yesus memenuhi tugas penyelamatan-Nya.

Kesimpulan

Peristiwa Yohanes 12:1-8 mengajarkan tentang pentingnya pengorbanan dan penghormatan kepada Yesus Kristus. Tindakan Maria yang mengoleskan minyak narwastu kepada kaki Yesus menggambarkan penghormatan terakhir sebelum Penyaliban-Nya. Hal ini menjadi pengingat bagi kita untuk senantiasa menghargai dan menghormati karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus bagi umat manusia.

Kita juga diajarkan untuk tidak terlalu terikat pada harta benda dan uang, melainkan menggunakan harta benda tersebut sebagai alat untuk melayani dan membantu sesama. Pada akhirnya, kita diingatkan bahwa hidup ini bukan hanya tentang materi dan kekayaan duniawi, melainkan juga tentang relasi spiritual dengan Tuhan dan dengan sesama.

Marilah kita merenungkan peristiwa ini dan mempertimbangkan bagaimana cara kita dapat memberikan penghormatan yang sungguh-sungguh kepada Yesus dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kita dapat mengalami transformasi hati yang mendalam dan hidup sebagai saksi kasih Kristus di dunia ini.

Raylon
Mengajar bahasa dan melaporkan berita. Dari kelas hingga berita, aku mengejar pembelajaran dan pemberitahuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *