Classical Conditioning vs Operant Conditioning: Pertarungan Antara Pembelajaran Klasik dan Pembelajaran Oprasional

Posted on

Jika kamu pernah penasaran tentang cara-cara manusia dan hewan belajar sesuatu, maka kamu pasti sudah akrab dengan dua konsep pembelajaran yang terkenal ini: classical conditioning (pembelajaran klasik) dan operant conditioning (pembelajaran oprasional). Meskipun kedua konsep tersebut sering disebut-sebut dalam konteks pembelajaran, tetapi apa sebenarnya perbedaan antara keduanya?

Well, mari kita mulai dengan classical conditioning atau pembelajaran klasik. Konsep ini pertama kali ditemukan oleh Ivan Pavlov, seorang psikolog asal Rusia pada awal abad ke-20. Kamu mungkin sudah familiar dengan contoh klasik dari percobaannya, yang melibatkan seekor anjing dan lonceng. Saat Pavlov memberikan makanan kepada anjing, ia juga memainkan lonceng secara bersamaan. Setelah beberapa kali percobaan, anjing tersebut mulai menghubungkan suara lonceng dengan makanan, sehingga lonceng saja sudah cukup untuk membuatnya terlihat bersemangat.

Dalam classical conditioning, stimulus yang semula tidak memicu respon tertentu (seperti lonceng) secara bertahap dikaitkan dengan stimulus lain yang sudah memicu respon (seperti makanan). Akhirnya, stimulus yang semula tidak memicu respon menjadi memicu respon yang sama.

Lantas, bagaimana dengan operant conditioning? Konsep ini dikembangkan oleh seorang psikolog terkenal bernama Burrhus Frederic Skinner, dan sering kali melibatkan konsep penguatan (reinforcement) dan hukuman (punishment). Dalam operant conditioning, perilaku individu dipengaruhi oleh konsekuensi dari tindakan tersebut.

Misalnya, kita ambil contoh sederhana. Jika kamu memberikan pujian kepada anak kecil setelah ia membersihkan kamarnya, maka kemungkinan besar ia akan terinspirasi untuk membersihkan kamarnya lagi di masa depan. Pujian tersebut menjadi penguatan positif yang meningkatkan kemungkinan tindakan tersebut terulang kembali.

Namun, perlu diingat bahwa operant conditioning tidak hanya melibatkan penguatan positif, tetapi juga bisa melibatkan penguatan negatif, seperti menghilangkan stimulus yang tidak diinginkan setelah perilaku tertentu dilakukan.

Kesimpulannya, classical conditioning dan operant conditioning adalah dua konsep pembelajaran yang berbeda namun saling melengkapi. Classical conditioning melibatkan pembentukan hubungan antara stimulus yang tidak memicu respons dengan stimulus yang memicu respons, sedangkan operant conditioning berkaitan dengan konsekuensi dari tindakan itu sendiri. Kedua konsep ini memberikan pemahaman yang lebih luas tentang bagaimana kita dan hewan belajar dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar.

Jadi, berikutnya kali kamu menonton seekor anjing menggemaskan atau mungkin melatih anak kecil, kamu akan tahu bahwa ada konsep pembelajaran yang berperan di balik perilaku mereka. Semoga penjelasan singkat ini membantu kamu dalam memahami perbedaan antara classical conditioning dan operant conditioning.

Apa Itu Classical Conditioning vs Operant Conditioning?

Classical conditioning dan operant conditioning adalah dua teori pembelajaran yang berbeda yang dikembangkan oleh psikolog-revolusioner terkenal, Ivan Pavlov dan B.F. Skinner. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam menjelaskan bagaimana individu belajar dan mengaitkan stimulus dengan respons.

Penjelasan Classical Conditioning

Classical conditioning, juga dikenal sebagai pembelajaran stimulus-respons, adalah proses pembelajaran yang melibatkan pembentukan asosiasi antara stimulus netral dengan stimulus yang signifikan secara emosional. Pendekatan ini menggambarkan bagaimana respons yang tidak sadar dapat dipicu oleh stimulus yang sebelumnya tidak memiliki pengaruh langsung pada respons tersebut.

Prinsip Dasar Classical Conditioning

Prinsip utama dalam classical conditioning adalah pengasosiasian antara stimulus netral dan stimulus yang signifikan secara emosional. Proses ini melibatkan tiga elemen utama: stimulus netral, stimulus tak bersyarat, dan stimulus bersyarat. Stimulus tak bersyarat adalah stimulus yang secara alami memicu respons tertentu tanpa melalui pembelajaran sedangkan stimulus bersyarat adalah stimulus yang awalnya netral tetapi setelah diberikan berulang kali dengan stimulus tak bersyarat, dapat memicu respons serupa.

Contoh Classical Conditioning

Salah satu contoh paling terkenal dari classical conditioning adalah eksperimen Pavlov dengan anjing. Pavlov mengaitkan bunyi lonceng (stimulus bersyarat) dengan makanan (stimulus tak bersyarat) untuk memicu saliva (respons tak bersyarat) pada anjing. Setelah beberapa kali asosiasi terbentuk, bunyi lonceng yang sebelumnya netral menjadi stimulus bersyarat yang dapat memicu saliva yang selanjutnya disebut sebagai respons bersyarat.

Penjelasan Operant Conditioning

Operant conditioning, juga dikenal sebagai pembelajaran berdasarkan konsekuensi, adalah proses pembelajaran yang melibatkan asosiasi antara tindakan dan konsekuensi yang mengikuti tindakan tersebut. Pendekatan ini fokus pada perubahan perilaku sebagai hasil dari penghargaan dan hukuman yang diterima oleh individu.

Prinsip Dasar Operant Conditioning

Prinsip utama dalam operant conditioning adalah hubungan antara tindakan, konsekuensi positif, dan konsekuensi negatif. Ketika tindakan menghasilkan konsekuensi positif, peluang tindakan akan meningkat. Sebaliknya, ketika tindakan menghasilkan konsekuensi negatif, peluang tindakan akan berkurang.

Contoh Operant Conditioning

Contoh yang populer dari operant conditioning adalah penelitian Skinner dengan kotak Skinner atau kotak operan, di mana hewan coba mencari cara untuk mendapatkan hadiah atau menghindari hukuman. Jika seekor tikus menekan tuas dan menerima makanan, ia akan belajar untuk menekan tuas lagi untuk mendapatkan lebih banyak makanan. Di sisi lain, jika tikus mengalami hukuman (misalnya listrik), ia akan belajar untuk menghindari tindakan yang menyebabkan hukuman.

Cara Classical Conditioning vs Operant Conditioning

Meskipun classical conditioning dan operant conditioning memiliki persamaan dalam hal pembelajaran melalui asosiasi, mereka memiliki perbedaan utama dalam metode pembelajaran dan aspek fokus. Berikut ini adalah perbandingan antara classical conditioning dan operant conditioning dalam hal cara pembelajarannya:

Cara Classical Conditioning

Dalam classical conditioning, pembelajaran terjadi melalui pengasosiasian stimulus bersyarat dengan stimulus tak bersyarat. Proses pembelajaran ini melibatkan stimulus yang dipasangkan secara berulang kali untuk membentuk asosiasi yang menghubungkan stimulus bersyarat dengan respons yang tadinya hanya ada pada stimulus tak bersyarat.

Cara Operant Conditioning

Dalam operant conditioning, pembelajaran terjadi melalui konsekuensi yang mengikuti tindakan atau perilaku individu. Jika tindakan atau perilaku menghasilkan konsekuensi positif, individu akan cenderung mengulangi tindakan atau perilaku tersebut. Sebaliknya, jika tindakan atau perilaku menghasilkan konsekuensi negatif, individu akan cenderung menghindari tindakan atau perilaku tersebut.

FAQs

1. Apa perbedaan antara classical conditioning dan operant conditioning?

Classical conditioning berkaitan dengan pembentukan asosiasi antara stimulus netral dengan stimulus yang signifikan secara emosional untuk memicu respons tertentu, sedangkan operant conditioning berkaitan dengan pembelajaran melalui konsekuensi yang mengikuti tindakan atau perilaku individu.

2. Bagaimana classical conditioning dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari?

Classical conditioning dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk membentuk atau mengubah perilaku. Misalnya, iklan menggunakan stimulus bersyarat seperti musik atau aroma tertentu untuk memicu respons positif sehingga meningkatkan minat konsumen terhadap produk.

3. Apa pengaruh operant conditioning terhadap pengajaran dan pembelajaran di sekolah?

Operant conditioning dapat digunakan dalam pengajaran dan pembelajaran di sekolah dengan memberikan penghargaan positif kepada siswa yang menunjukkan perilaku yang diinginkan dan memberikan hukuman yang memadai kepada siswa yang menunjukkan perilaku yang tidak diinginkan. Hal ini dapat memotivasi siswa untuk belajar dan mematuhi aturan di sekolah.

Kesimpulan

Dalam psikologi pembelajaran, classical conditioning dan operant conditioning adalah dua teori penting yang menjelaskan bagaimana individu belajar melalui asosiasi dan konsekuensi. Classical conditioning melibatkan pembentukan asosiasi antara stimulus netral dengan stimulus yang signifikan secara emosional, sementara operant conditioning melibatkan pembelajaran melalui konsekuensi yang mengikuti tindakan atau perilaku individu.

Kedua pendekatan ini memiliki perbedaan dalam metode pembelajaran dan aspek fokusnya. Mengetahui perbedaan antara classical conditioning dan operant conditioning dapat membantu kita memahami proses pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari kita. Dengan pemahaman yang baik, kita dapat mengoptimalkan pembelajaran dan mengubah perilaku yang tidak diinginkan.

Jadi, mari kita terapkan prinsip-prinsip pembelajaran ini dalam kehidupan kita untuk mencapai pertumbuhan yang lebih baik dan mencapai potensi kita sepenuhnya!

Jamahl
Mengajar dan mengejar pengetahuan. Antara pengajaran dan penelitian, aku menjelajahi dunia ilmu dan tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *