Contoh Fi’il Mudhari dalam Al-Quran: Serunya Merenung di Balik Kata

Posted on

Pernahkah kita menyadari bahwa kitab suci Al-Quran tidak hanya merupakan sumber petunjuk spiritual, tapi juga kaya akan keindahan bahasa? Salah satu aspek menarik dalam Al-Quran adalah penggunaan fi’il mudhari, kata kerja bentuk lampau, yang memberikan warna dan kekuatan retorika yang tak terbantahkan.

Mari kita bersama-sama merenung dan menjelajahi beberapa contoh menarik dari fi’il mudhari yang terdapat dalam Al-Quran, sambil tetap santai dan mengapresiasi indahnya ayat-ayat suci.

1.

Fi’il Mudhari: Dalam penciptaan langit dan bumi

Dalam Surah Al-Baqarah, ayat 117, Allah mengatakan: “Dia menciptakan langit dan bumi dengan kebenaran.” (Al-Baqarah: 117). Kata kerja “menciptakan” di sini adalah contoh yang sangat indah dari fi’il mudhari yang menggambarkan tindakan yang terjadi di masa lalu namun tetap memiliki pengaruh dan relevansi yang abadi.

2.

Fi’il Mudhari: Pada kisah Nabi Ibrahim dan para berhala

Saat Nabi Ibrahim berhadapan dengan para berhala yang disembah oleh masyarakatnya, ia melakukan perbuatan yang berani dengan merobek dan menghancurkan berhala-berhala tersebut. Dalam Surah Al-Anbiya, ayat 58, Allah menyebutkan: “Maka dia membuat perkecualian terhadap mereka, kecuali patung-patung besar mereka, supaya mereka datang kepadanya” (Al-Anbiya: 58). Perbuatan yang diajukan oleh Nabi Ibrahim terjadi di masa lalu, tetapi tetap memberikan pelajaran yang berharga bagi kita sebagai penutur masa kini.

3.

Fi’il Mudhari: Pada doa Nabi Sulaiman

Surah An-Naml, ayat 19 mengisahkan doa Nabi Sulaiman: “Hingga tatkala dia (burung hud-hud) tiba di sisi ratu Saba”, “Kata Hud-hud, “Aku telah menjumpai sesuatu yang mengejutkan”. (An-Naml: 19). Di sini, kita melihat penggunaan fi’il mudhari dalam konteks sebuah peristiwa masa lalu yang terus memberikan kejutan dan perasaan tak terduga.

Dalam keindahan dan kekuatan penulisannya, fi’il mudhari dalam Al-Quran tidak hanya mengingatkan kita akan sejarah dan perbuatan para nabi, tetapi juga memberikan dorongan untuk merenungkan makna dan pesan yang lebih dalam dari kata-kata tersebut.

Sebagai penutur yang santai, kita dapat bersenang-senang merenung dalam kata-kata dan frase yang digunakan dalam Al-Quran. Mari kita selalu menghargai dan mempelajari keindahan bahasa Al-Quran, sehingga kita dapat menggali kekayaan spiritual dan intelektual yang ada di dalamnya.

Apa itu fi’il mudhari dalam Al-Quran?

Fi’il mudhari merupakan salah satu jenis kata kerja dalam bahasa Arab yang berarti kata kerja bentuk lampau atau kata kerja yang mengindikasikan kejadian yang telah terjadi pada masa lampau. Dalam Al-Quran, terdapat banyak contoh fi’il mudhari yang digunakan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa dalam sejarah atau memberikan petunjuk bagi umat manusia.

Cara Contoh Fi’il Mudhari dalam Al-Quran

Berikut adalah beberapa contoh cara penggunaan fi’il mudhari dalam Al-Quran:

1. Surah Al-Baqarah Ayat 30

فَإِذَا سَوَّيْتُهُۥ وَنَفَخْتُ فِيهِ مِن رُّوحِي فَقَعُوا۟ لَهُۥ سَـٰجِدِينَ

Artinya: “Maka tatkala Aku telah menyempurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kepadanya roh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya sebagai sujud.” (Q.S. Al-Baqarah: 30)

Pada ayat ini, fi’il mudhari “سويته” (sawwaytu) digunakan untuk menjelaskan bahwa Allah telah menyempurnakan kejadian Adam sebelum meniupkan roh kepadanya.

2. Surah Al-Mumenoon Ayat 12-14

ولَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَـٰنَ مِن سُلَـٰلَةٍۚ مِّن طِينٍۖ

ثُمَّ جَعَلْنَـٰهُ نُطْفَةًۖ فِى قَرَارٍۖ

ثُمَّ خَلَقْنَا ٱلنُّطْفَةَ عَلَقَةًۖ فَخَلَقْنَا ٱلْعَلَقَةَ مُضْغَةًۚ فَخَلَقْنَا ٱلْمُضْغَةَ عِظَـٰمًۭاۚ فَكَسَوْنَا ٱلْعِظَـٰمَ لَحْمًۭاۚ ثُمَّ أَنشَأْنَـٰهُ خَلْقًا ءَاخَرَۚ فَتَبَارَكَ ٱللَّهُ أَحْسَنُ ٱلْخَـٰلِقِينَ

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian saripati itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berwujud) lain. Maka Maha Suci Allah, Pencipta terbaik.” (Q.S. Al-Mu’minun: 12-14)

Pada ayat ini, fi’il mudhari “خلقنا” (khalaqna) digunakan secara berulang-ulang untuk menjelaskan proses penciptaan manusia dari awal sampai menjadi makhluk yang sempurna.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Apa bedanya fi’il mudhari dengan fi’il amar?

Fil mudhari dan fi’il amar adalah dua bentuk kata kerja dalam bahasa Arab yang memiliki perbedaan fungsi. Fi’il mudhari digunakan untuk menyampaikan peristiwa dalam masa lampau, sementara fi’il amar digunakan untuk menyampaikan perintah atau ajakan untuk melakukan sesuatu.

2. Apa contoh lain penggunaan fi’il mudhari dalam Al-Quran?

Contoh lain penggunaan fi’il mudhari dalam Al-Quran adalah pada ayat-ayat yang menceritakan kisah nabi-nabi, peristiwa-peristiwa sejarah, atau memberikan petunjuk kepada umat manusia. Contoh lainnya adalah dalam Surah Yusuf Ayat 4:

إِذْ قَالَ يُوسُفُ لِأَبِيهِ يَـٰٓأَبَتِ إِنِّى رَأَيْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًۭا

Artinya: “Ingatlah ketika Yusuf berkata kepada ayahnya: “Hai ayahku! Sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; aku melihat semuanya itu sujud kepadaku.” (Q.S. Yusuf: 4)

3. Mengapa penting untuk memahami fi’il mudhari dalam Al-Quran?

Memahami fi’il mudhari dalam Al-Quran penting karena banyak ayat-ayat yang menggunakan kata kerja ini untuk menceritakan peristiwa-peristiwa penting atau memberikan petunjuk kepada umat manusia. Dengan memahami makna dan penggunaan fi’il mudhari, kita akan dapat lebih mendalami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Quran.

Kesimpulan

Dalam Al-Quran, fi’il mudhari digunakan untuk menceritakan peristiwa-peristiwa masa lampau, seperti proses penciptaan manusia atau kisah-kisah nabi-nabi. Memahami fi’il mudhari sangat penting bagi umat muslim karena hal ini membantu kita untuk lebih memahami dan menggali hikmah yang terkandung dalam Al-Quran. Dengan memahami pesan-pesan yang terkandung dalam Al-Quran, kita dapat mengambil tindakan yang sesuai dengan ajaran-Nya dan meningkatkan keimanan serta ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Charles
Mengajar dan mengulas karya sastra. Dari kelas sastra hingga kritik sastra, aku menciptakan pemahaman dan evaluasi dalam tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *