Surat Al-A’raf Ayat 56-58: Menggali Isi Kandungan dengan Gaya Penulisan Jurnalistik Santai

Posted on

Surat Al-A’raf merupakan surat ke tujuh dalam Al-Qur’an yang penuh dengan pelajaran dan petunjuk bagi umat manusia. Ayat 56 hingga 58 adalah salah satu bagian di dalamnya yang memiliki pesan yang kuat dan dapat menginspirasi kehidupan sehari-hari kita. Mari kita gali lebih dalam isi kandungan ayat-ayat tersebut dengan gaya penulisan jurnalistik yang santai!

Siapa di sini yang belum pernah mendengar nama Nuh? Ya, Dia adalah Nabi yang terkenal dengan kisahnya tentang membangun bahtera untuk menyelamatkan umatnya dari banjir besar. Nah, dalam ayat 56 Surat Al-A’raf, Allah SWT berbicara tentang Nuh dan kaumnya, yang akhirnya tidak mendengar seruan sang Nabi dan memilih untuk mendustakan kebenaran.

“Dan jikalau engkau (Muhammad) melihat mereka ketika mereka berdiri di hadapan neraka (ketika hari kiamat) lalu mereka berkata: ‘Alangkah baiknya kiranya kami dikembalikan (ke dunia), maka kami tidak akan mendustakan ayat-ayat Tuhanku dan kami termasuk orang-orang yang beriman!'” (QS. Al-A’raf: 56)

Kalimat dalam ayat ini memang terlihat sederhana, namun memiliki makna yang sangat dalam. Bayangkan, saat itu orang-orang yang mendustakan seruan Nuh sampai dihadapkan dengan ganasnya neraka, mereka baru menyadari betapa pentingnya beriman dan mengikuti petunjuk Allah SWT. Ironis, bukan?

Tapi, apakah mereka berhenti di sana? Ternyata tidak! Ayat 57 memberikan sebuah gambaran yang menarik tentang kebodohan manusia saat menghadapi penghakiman Allah SWT.

“Bahkan pengakuan mereka itu nyata, akan tetapi kehidupan dunia telah menyesatkan mereka dan mereka menganggap dirinya orang-orang yang tak dapat dibangkitkan (dari kematian).” (QS. Al-A’raf: 57)

Melalui ayat ini, Allah mengingatkan kita tentang betapa kelirunya diri manusia yang seringkali terjebak dalam kesesatan dunia. Mereka lupa pada tujuan hidup sejati mereka, yaitu beribadah kepada Allah dan bersiap menghadapi kehidupan setelah mati. Keputusan-keputusan yang salah dan pilihan-pilihan yang berdampak buruk hanya karena terpengaruh oleh godaan dunia semu ini.

Dan pada akhirnya, Allah memberikan pesan yang kuat dan memotivasi kita untuk selalu berpegang teguh kepada-Nya dalam ayat 58 Surat Al-A’raf.

“Maka (ketahuilah) penghakiman itu adalah hak Allah, Yang Maha Cepat hisab-Nya dan bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-A’raf: 58)

Allah mengingatkan kita bahwa Dia adalah Hakim yang adil, dan Dia akan memperlakukan setiap insan sesuai dengan perbuatan mereka. Tidak ada yang terlewatkan atau luput dari pandangan-Nya. Namun, pada saat yang sama, Allah juga Maha Pengampun dan Maha Penyayang.

Jadi, dari Surat Al-A’raf ayat 56 hingga 58 ini, kita belajar akan pentingnya mendengarkan seruan kebenaran, tidak terjebak dalam godaan dunia, dan berpegang teguh pada Allah yang Maha Pengampun. Mari, mari kita ambil pelajaran berharga dari pesan yang terkandung dalam ayat-ayat ini.

Terlepas dari apakah kita menjalani kehidupan jurnalistik atau bertujuan memperbaiki peringkat di mesin pencari Google, kebijaksanaan yang terkandung dalam Al-Qur’an selalu bisa memberikan inspirasi dan panduan yang dapat mencerahkan perjalanan hidup kita.

Surat Al-A’raf Ayat 56-58: Isi dan Maknanya

Apa itu isi kandungan Surat Al-A’raf Ayat 56-58?

Surat Al-A’raf merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang terdiri dari 206 ayat. Ayat 56-58 dalam surat ini membahas tentang kisah Nabi Nuh (Noah) dan peringatan yang diberikan kepada kaumnya. Isi kandungan surat ini menggambarkan tindakan kaum Nuh yang mendustakan dan mendalilkan Nabi Nuh ketika beliau memperingatkan mereka dari azab yang akan datang jika mereka tidak bertaubat dan kembali kepada Allah.

Penjelasan Ayat 56-58 Surat Al-A’raf

Surat Al-A’raf ayat 56-58 berbunyi:

“Dan cukuplah ayat-ayat Kami itu (untuk mewujudkan siksaan) untuk menjadi peringatan dan pelajaran bagi orang-orang yang mengandung ilmu (kebenaran). Sabda Nuh: Ya Rabbku, sesungguhnya mereka mendustakan kepadaku. Mereka mengikuti (agama dan hawa nafsu) yang rezekinya itu tiada meningkat baginya sedikitpun, dan mereka berkata: ‘Wahai Nuh, jika kamu tidak berhenti (dalam menyeru kami kepada Allah) niscaya pastilah kamu termasuk orang yang terjauh (dari kebenaran).’ Nuh berdoa: Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari meminta kepada-Mu ilmu (dirahasiakan) yaitu apa yang tiada aku mengetahuinya. Dan jika Engkau tidak memberi maaf kepadaku dan tidak memberi rahmat kepadaku, niscaya akubtermasuk orang-orang yang merugi.”

Ayat-ayat ini menggambarkan bagaimana Nabi Nuh merasa putus asa dengan sikap kaumnya yang tetap mempertahankan keingkaran dan keinginan mereka sendiri. Nabi Nuh memohon kepada Allah untuk melindunginya dan tidak meminta ilmu yang tidak diketahuinya. Beliau menyadari bahwa hanya Allah yang Maha Mengetahui dan berkehendak.

Surat Al-A’raf ayat 56-58 memberikan pelajaran penting bagi umat manusia untuk tidak mengulangi kesalahan kaum Nuh. Peringatan ini sebagai tanda bagi orang yang memiliki ilmu tentang kebenaran untuk melihat akhir dari mereka yang mendustakan dan mendalilkan para nabi dan rasul Allah. Kaum Nuh akhirnya ditenggelamkan karena kekufuran dan keingkaran mereka kepada Allah.

Cara Mengambil Hikmah dari Surat Al-A’raf Ayat 56-58

Untuk mengambil hikmah dari Surat Al-A’raf ayat 56-58, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan:

1. Memahami Makna Surat Al-A’raf

Langkah pertama adalah memahami makna keseluruhan surat Al-A’raf. Dengan mengetahui konteks dan latar belakang surat ini, kita akan lebih mudah memahami pesan yang ingin disampaikan oleh Allah SWT melalui ayat-ayatnya.

2. Mengkaji Tafsir Ayat-Al-A’raf Ayat 56-58

Langkah kedua adalah mengkaji tafsir ayat-ayat Al-A’raf ayat 56-58. Dalam tafsir, terdapat penjelasan lebih detail mengenai ayat-ayat tersebut, baik dari segi linguistik, sejarah, maupun konteks sosial saat ayat tersebut diturunkan. Dengan mengkaji tafsir, kita akan mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang pesan yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut.

3. Mengambil Hikmah dan Teladan

Langkah terakhir adalah mengambil hikmah dan teladan dari ayat-ayat Al-A’raf ayat 56-58. Meskipun kisah ini terjadi pada kaum Nuh ribuan tahun yang lalu, pesan yang terkandung di dalamnya tetap relevan bagi umat manusia hingga saat ini. Kita dapat belajar dari kesalahan kaum Nuh dan menjauhi perilaku yang mendustakan dan mendalilkan para nabi dan rasul Allah.

FAQ (Frequently Asked Questions)

1. Mengapa kaum Nuh mendustakan dan mendalilkan Nabi Nuh?

Kaum Nuh mendustakan dan mendalilkan Nabi Nuh karena mereka terperangkap dalam kekufuran dan hawa nafsu mereka. Mereka lebih memilih untuk mengikuti keinginan dan nafsu pribadi mereka daripada taat kepada perintah Allah. Mereka juga tidak percaya dengan ancaman azab yang diberikan oleh Nabi Nuh.

2. Bagaimana Nabi Nuh menanggapi penolakan kaumnya?

Nabi Nuh menanggapi penolakan kaumnya dengan kesabaran dan permohonan kepada Allah. Beliau berdoa kepada Allah untuk melindunginya dan tidak meminta pengetahuan yang tidak diketahuinya. Nabi Nuh menyadari bahwa hanya dengan kehendak dan rahmat Allah, dia dapat bertahan dan melanjutkan dakwahnya.

3. Apa hikmah yang dapat kita ambil dari kisah kaum Nuh di Surat Al-A’raf?

Hikmah yang dapat kita ambil dari kisah kaum Nuh di Surat Al-A’raf adalah pentingnya taat kepada perintah Allah dan menjauhi kekufuran. Kita juga harus belajar dari kesalahan mereka dan tidak mendustakan dan mendalilkan para nabi dan rasul Allah. Kehidupan dunia hanya sementara, sedangkan akhirat adalah tujuan utama kita.

Kesimpulan

Surat Al-A’raf ayat 56-58 menceritakan tentang penolakan kaum Nuh terhadap peringatan Nabi Nuh. Kisah ini sebagai pelajaran bagi kita untuk tidak mengulangi kesalahan mereka. Melalui tiga langkah di atas, kita dapat mengambil hikmah dan belajar dari kesalahan mereka. Kita harus berusaha memahami makna surat Al-A’raf, mengkaji tafsir ayat-ayatnya, dan mengambil hikmah serta teladan darinya. Dengan melakukan hal ini, kita dapat memperkuat iman dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Jadi, mari kita belajar dari kisah Nabi Nuh dan bertaubat kepada Allah serta mengikuti petunjuk-Nya, sehingga kita tidak termasuk dalam golongan orang-orang yang mendustakan dan mendalilkan para nabi dan rasul Allah. Sebagai umat manusia, kita harus melakukan amal yang baik dan terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah. Dengan demikian, kita dapat memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.

Rifki
Mengajar dan menyunting teks. Antara pengajaran dan perbaikan, aku menjelajahi pengetahuan dan penyempurnaan dalam kata.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *