Kisah Para Rasul 7:54-60: Ketabahan dan Pengorbanan dalam Menghadapi Persekusi

Posted on

Peperangan sedang berkecamuk di Kota Jerusalem pada zaman kuno, dan para pengikut Yesus Kristus sedang mengalami masa yang penuh dengan ujian dan penganiayaan. Namun, ada satu kisah yang sangat menginspirasi dan mencerahkan dalam perjalanan para rasul. Kisah ini ditemukan dalam Kitab Kisah Para Rasul pasal 7, ayat 54 hingga 60, dan menceritakan tentang ketabahan dan pengorbanan yang luar biasa dari seorang martir, Stefanus.

Stefanus dihukum stoning

Ketika Stefanus, seorang pemimpin gereja dan pengikut setia Yesus, berbicara dengan berani dan mengajarkan kebenaran iman Kristen dalam kehidupannya, para tokoh agama yang berkuasa tidak senang. Mereka menganggap ajaran Stefanus sebagai ancaman terhadap otoritas mereka dan mencari setiap cara untuk membuatnya berhenti.

Di hadapan Sidang Agama Yahudi, Stefanus memberikan pembelaan yang luar biasa, terinspirasi oleh Roh Kudus. Ia menceritakan sejarah panjang nabi-nabi dan raja-raja Israel yang ditolak dan dihina oleh para leluhur mereka. Dalam kata-katanya, Stefanus membeberkan kebenaran yang tak terbantahkan mengenai Yesus Kristus sebagai Mesias yang dinanti-nantikan.

Namun, komentar-komentar Stefanus yang mengungkapkan kebenaran membuat mereka marah yang merasa telah dipermalukan oleh kebenaran tersebut. Dalam kemarahan mereka, mereka melempari Stefanus dengan batu-batu hingga dia jatuh sekarat. Dalam momen ini, kita dapat melihat ketabahan luar biasa dari Stefanus.

Di tengah-tengah serangan yang mematikan itu, iman Stefanus tidak goyah. Ia memandang langit dan melihat Yesus berdiri di sebelah kanan Allah Bapa. Stefanus dengan rendah hati berdoa, meminta agar Allah mengampuni mereka yang menyerangnya. Sifatnya yang lembut dan belas kasih telah teruji hingga detik-detik terakhir kehidupannya.

Stefanus meninggalkan warisan besar dalam hidupnya yang singkat namun berpengaruh. Tindakan pengorbanan dan ketabahannya mengilhami para rasul yang lain untuk tetap teguh dalam iman mereka meski mereka tahu akan adanya risiko serupa yang harus mereka hadapi. Ia menjadi contoh nyata bahwa iman tidak akan menyangkal kehidupan orang percaya, tetapi justru akan memberikan keberanian untuk menghadapi setiap tantangan.

Kisah martir Stefanus ini melahirkan harapan dan kekuatan dalam pikiran dan hati para pengikut Yesus Kristus. Meskipun periode tersebut dipenuhi dengan wabah penganiayaan dan penindasan, iman dan komitmen mereka tidak pernah goyah.

Kisah para rasul 7:54-60 mengajar kita untuk tidak pernah berhenti berdiri untuk kebenaran meski menghadapi tekanan dan penolakan. Iman harus memancar dari hati kita, dengan sikap rendah hati dan belas kasih yang tiada henti pada setiap situasi. Kisah yang terdapat dalam ayat ini menjadi saksi hidup dari keberanian dan pengorbanan seorang martir yang menjadi inspirasi bagi kita semua.

Mari kita belajar dari ketabahan Stefanus dan jadikan iman kita sebagai terang yang tak terbantahkan di dalam dunia yang penuh dengan kegelapan.

Apa itu Kisah Para Rasul 7:54-60?

Kisah Para Rasul 7:54-60 adalah sebuah cerita yang terdapat dalam kitab Kisah Para Rasul dalam Alkitab. Kisah ini menggambarkan peristiwa yang terjadi pada para rasul Kristus yang pertama, terutama pada rasul Stefanus.

Penjelasan tentang Kisah Para Rasul 7:54-60

Menurut Alkitab, Stefanus adalah seorang diakon dalam awal Gereja Kristen yang benar. Ia terkenal karena iman dan kekuatan firman Tuhan yang luar biasa. Ia dihormati dan dihormati oleh banyak orang karena ketulusan dan pelayanannya yang tidak kenal lelah.

Namun, tidak semua orang senang dengan ajaran dan kesaksian Stefanus. Sebuah kelompok orang Yahudi yang tidak suka kepada ajarannya mulai membenci dan menentangnya. Mereka terus-menerus berdebat dan berargumen dengan Stefanus, berusaha untuk membuktikan bahwa ia salah.

Pada suatu hari, mereka akhirnya tidak bisa lagi melawan Stefanus dengan kata-kata. Mereka mengalihkan perhatian kepada para pemuka agama Yahudi dan mendakwa Stefanus melakukan penistaan terhadap Allah dan Musa. Mereka menuntut agar Stefanus diadili dan dihukum mati.

Ketika dibawa ke hadapan dewan penatua Israel, Stefanus memberikan pembelaan yang panjang dan berapi-api tentang iman dan kepercayaannya kepada Yesus Kristus. Ia menguraikan sejarah keselamatan dari zaman Abraham hingga saat itu, menunjukkan betapa Allah setia kepada umat-Nya.

Namun, alih-alih membual dan membanggakan diri, Stefanus menyatakan bahwa umat Israel selalu memberontak dan tidak setia kepada Allah. Ini membuat dewan penatua sangat marah dan mereka menemui dengan kebencian yang belum pernah mereka rasakan sebelumnya.

Penentuan Nasib

Setelah dengar pidato Stefanus, mereka “se takut menderita hati yang rasuk kepadanya dan patah hati, dan menyerukan kepada dia dengan suara keras dan tutupi telinga mereka dan melompat semua bersama-sama kepadanya, dan mengusir dia dari kota. Dan melempar mereka. ” (Kisah Para Rasul 7: 54-58) Mereka membawa Stefanus keluar dari kota dan mulai melemparinya dengan batu-batu besar.

Saat Stefanus terbaring sekarat, dia berlutut dan berdoa, “Tuhan Yesus, terimalah semangatku.” Dengan kata-kata ini, Stefanus menunjukkan iman yang tak tergoyahkan dan kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan Kristus. Meskipun dihadapkan pada ancaman kematian yang nyata, dia tidak takut atau menyerah kepada orang-orang yang ingin membunuhnya.

Stefanus kemudian tewas dalam percikan darah terakhirnya dan meninggalkan dunia dengan cita-cita kehidupan yang indah dan kesaksian yang kuat untuk iman Kristennya. Meskipun bahkan dalam kematian, ia menunjukkan kebaikan dan rahmat kepada mereka yang ingin membunuhnya, berdoa agar Allah tidak menyimpan dosa ini terhadap mereka.

Cara Menghadapi Situasi Seperti yang Dialami oleh Stefanus

Menyaksikan kisah hidup Stefanus, kita bisa belajar banyak tentang cara menghadapi penindasan, konflik, dan situasi sulit lainnya dalam kehidupan kita.

1. Tetap Setia kepada Tuhan: Stefanus adalah contoh sempurna dari seseorang yang tetap setia kepada Imam Besar kita, Yesus Kristus. Meskipun diancam dan disiksa, Stefanus tidak mengingkari imannya atau berpaling dari tujuannya untuk melayani Tuhan.

2. Berbicara Kebenaran dengan Kasih: Stefanus tidak meremehkan atau mengecam mereka yang menentangnya. Sebaliknya, ia berbicara dengan kasih dan pengampunan, mengajak mereka untuk mempertimbangkan kebenaran yang ia sampaikan.

3. Berani memberikan kesaksian: Stefanus adalah saksi yang berani dan jujur. Ia tidak takut untuk berbicara tentang imannya di depan orang banyak, meskipun ia tahu bahwa hal itu mungkin membuatnya melakukan kesalahpahaman atau bahkan disakiti.

Kesimpulan

Kisah Para Rasul 7:54-60 adalah cerita yang menginspirasi tentang keberanian, iman, dan pelayanan Stefanus. Meskipun menghadapi keberatan dan penentangan yang besar, ia tetap setia kepada Tuhan dan kepercayaannya kepada Yesus Kristus.

Kita juga harus belajar dari kisah hidup Stefanus dan berani menghadapi situasi sulit dalam hidup kita. Kita harus tetap setia, berbicara kebenaran dengan kasih, dan memberikan kesaksian yang jujur terhadap iman kita. Dengan demikian, kita bisa menjadi saksi yang kuat bagi Kristus dan mempengaruhi kehidupan orang lain dengan kebenaran Injil.

FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)

1. Bagaimana Stefanus bisa tetap setia kepada Tuhan dalam menghadapi siksaan?

Stefanus memiliki kepercayaan yang dalam dan mengandalkan kuasa Tuhan dalam hidupnya. Meskipun ia terancam dan disiksa, ia tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkannya.

2. Mengapa Stefanus memilih berbicara kebenaran dengan kasih?

Stefanus menyadari bahwa kasih adalah inti dari ajaran Kristus. Ia ingin menunjukkan contoh kasih Kristus kepada mereka yang menentangnya, agar mereka bisa memahami kebenaran dan bertobat.

3. Apa yang bisa kita pelajari dari kisah hidup Stefanus?

Kisah hidup Stefanus mengajarkan kita tentang keberanian, ketekunan dalam iman, dan pentingnya melayani Tuhan tanpa pamrih. Kita juga belajar tentang pentingnya kasih, pengampunan, dan memberikan kesaksian yang kuat bagi Kristus.

Kesimpulan

Kisah Para Rasul 7:54-60 menggambarkan kematian Stefanus yang setia kepada Tuhan dalam menghadapi penindasan. Dari kisah hidup Stefanus, kita bisa belajar tentang keberanian, iman, dan pelayanan kepada Tuhan. Kita juga harus belajar untuk tetap setia, berbicara kebenaran dengan kasih, dan memberikan kesaksian yang jujur kepada iman kita. Dengan melakukannya, kita dapat mempengaruhi kehidupan orang banyak dan menjadi saksi yang kuat bagi Kristus.

Jika Anda dibangkitkan oleh kisah hidup Stefanus dan ingin mengerti lebih lanjut atau mempelajari lebih lanjut tentang iman Kristen, pastikan untuk menghubungi gereja setempat atau menghubungi kristen yang tepercaya. Mereka akan dengan senang hati membantu Anda dalam perjalanan iman Anda.

Raylon
Mengajar bahasa dan melaporkan berita. Dari kelas hingga berita, aku mengejar pembelajaran dan pemberitahuan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *