Cerita Tentang Lukas 17 Ayat 11-19: Terima Kasih yang Terlupakan

Posted on

Pernahkah Anda mendengar kisah seorang pria yang dikenal sebagai Lukas? Ia adalah salah satu dari kesebelas murid Yesus yang setia, dan ia memiliki sebuah cerita menakjubkan yang perlu kita dengar. Mari kita lihat bagaimana Lukas, dengan gaya jurnalistik yang santai, menceritakan peristiwa tersebut.

Pada suatu hari yang cerah, di perbatasan antara Samaria dan Galilea, Lukas menemukan dirinya dalam petualangan yang tidak terduga. Tiba-tiba, seorang laki-laki yang menderita penyakit kusta mendekatinya. Penyakit itu merusak tubuhnya, membuatnya terasing dari masyarakat, dan menyebabkan kesepian yang mendalam.

Namun, si laki-laki ini memiliki keyakinan yang kuat tentang kekuatan penyembuhan Yesus. Ia berseru kepada Lukas, “Yesus, Guru! Kasihanilah aku!”

Mendengar seruan itu, Lukas tahu bahwa ia harus bertindak. Ia merasa empati pada penderitaan laki-laki tersebut dan yakin bahwa Yesus pun akan memperhatikannya. Lukas dan si penderita kusta ini pergi menuju Yesus, yang pada waktu itu sedang melakukan perjalanan menuju Yerusalem dengan para murid-Nya.

Tiba-tiba, hal yang luar biasa terjadi. Seiring dengan langkah lemah Lukas, si laki-laki kusta yang mengikuti di belakangnya tiba-tiba sembuh! Seketika itu juga kulitnya kembali halus dan segar seperti yang dulu. Penyakit kusta yang telah menghantui hidupnya selama bertahun-tahun lenyap tanpa jejak.

Tentu saja, Lukas merasa senang dan syukur yang amat besar telah menyelimutinya. “Terima kasih, Yesus!” serunya dengan riang. Tidak hanya itu, ia memutuskan untuk kembali ke sisi Yesus dan jatuh bersujud di hadapan-Nya, mengungkapkan rasa terima kasih yang begitu mendalam.

Namun, apa yang terjadi selanjutnya benar-benar mengguncangkan Lukas. Dalam kegembiraannya, Lukas melihat bahwa ia adalah satu-satunya orang yang kembali ke sisi Yesus dan mengucapkan terima kasih. Sisanya, termasuk para murid lainnya, tidak memperhatikan anugerah penyembuhan yang sama yang telah diperoleh oleh si penderita kusta ini.

Lukas yang penuh dengan keprihatinan bertanya, “Bukankah ada sepuluh orang yang sembuh? Di mana yang sembilan orang lainnya?”

Dalam hati, Lukas merasa sedih dan sedikit kecewa karena hanya sedikit dari mereka yang menghargai anugerah penyembuhan yang mereka terima. Ia menyadari bahwa rasa terima kasih dapat membentuk sikap dan kepribadian seseorang.

Dalam kisah yang menggugah ini, Lukas memberikan pelajaran penting kepada kita semua yang hidup di era modern ini. Kita sering kali sibuk dengan rutinitas kita sendiri, tenggelam dalam tuntutan kehidupan sehari-hari, sehingga melupakan pentingnya mengucapkan terima kasih kepada Allah dan mereka yang membantu kita dalam perjalanan hidup.

Melalui cerita tentang Lukas 17 ayat 11-19, kisah tentang terima kasih yang terlupakan, kita diajak untuk merenung dan kembali pada hakikat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan dan memberi. Bagaimana jika kita mulai menghargai lebih banyak anugerah dan bantuan yang diberikan kepada kita dan menjadi pribadi yang lebih terima kasih?

Dalam kesederhanaan dan kegembiraan terima kasih, kita memiliki kekuatan untuk mengubah hidup kita dan lingkungan di sekitar kita. Mari menjadi orang-orang yang tidak melupakan apa yang telah diperoleh dan tidak pernah ragu untuk mengungkapkan kata-kata penuh rasa terima kasih kepada mereka yang membuat perbedaan dalam hidup kita.

Apa itu Lukas 17 Ayat 11-19?

Lukas 17 ayat 11-19 adalah bagian dari Injil Lukas yang mencatat kejadian penyembuhan sepuluh orang kusta. Kisah ini menceritakan tentang pertemuan Yesus dengan sepuluh orang yang menderita penyakit kusta, dan bagaimana Yesus menyembuhkan salah satu dari mereka yang kembali memberikan ucapan syukur kepada-Nya. Lukas 17 ayat 11-19 memberikan pelajaran tentang pentingnya bersyukur dan mengenali kuasa Allah dalam hidup kita.

Cara Lukas 17 Ayat 11-19 Terjadi

Pada waktu itu, saat Yesus melakukan perjalanan ke Yerusalem, Ia melewati perbatasan antara Samaria dan Galilea. Saat masuk ke sebuah desa, sepuluh orang yang menderita penyakit kusta datang menemui-Nya. Mereka tetap berdiri jauh, berteriak, dan memohon rahmat-Nya. Melihat mereka, Yesus berkata, “Pergilah dan perlihatkan diri kamu kepada imam-imam.” Dan ketika mereka sedang pergi, mereka menjadi tahir.

Salah satu dari mereka, yang melihat bahwa ia telah sembuh, kembali ke hadapan Yesus dengan bersuara nyaring memuliakan Allah. Ia lalu sujud dengan wajah di tanah di depan Yesus dan mengucap syukur kepada-Nya. Ia adalah seorang Samaria. Yesus bertanya, “Bukankah sepuluh orang telah menjadi tahir? Di mana yang sembilan orang yang lain? Jadi di manakah yang lainnya?” Dan Ia berkata kepada orang Samaria itu, “Bangkitlah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkanmu.”

Penjelasan Lukas 17 Ayat 11-19

Kisah Lukas 17 ayat 11-19 adalah tentang penyembuhan sepuluh orang kusta, di mana hanya satu dari mereka yang kembali untuk memberikan ucapan syukur kepada Yesus. Dalam cerita ini, terdapat beberapa pengajaran yang bisa kita ambil.

1. Kesembuhan dari Penyakit Kusta

Penyakit kusta adalah penyakit yang sangat mengerikan dan dianggap sebagai kutukan pada zaman Yesus. Orang-orang yang menderita penyakit ini diisolasi dari masyarakat dan harus tinggal di luar kota. Namun, saat mereka bertemu dengan Yesus dan memohon belas kasihan-Nya, Yesus dengan kuasa-Nya menyembuhkan mereka dan memberikan kesembuhan yang luar biasa.

2. Pentingnya Bersyukur

Dalam kisah ini, hanya satu dari sepuluh orang yang kembali untuk menyatakan ucapan syukur kepada Yesus. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya bersyukur atas berkat-berkat yang diberikan oleh Tuhan dalam hidup kita. Yesus menyatakan bahwa yang kembali, seorang Samaria, diberkati karena imannya dan dia diampuni dan diselamatkan.

3. Perbedaan Antara Kesembuhan Fisik dan Kesembuhan Rohani

Dalam cerita ini, kesembuhan dari penyakit kusta mewakili kesembuhan fisik, tetapi hanya satu dari sepuluh orang yang mengalami penyembuhan juga mengalami kesembuhan rohani melalui imannya kepada Yesus. Penyembuhan rohani yang diterima oleh orang Samaria tersebut menunjukkan betapa pentingnya iman dalam hidup kita. Hanya dengan iman kepada Yesus kita dapat mengalami keselamatan yang sejati.

FAQ

1. Mengapa hanya satu dari sepuluh orang yang kembali untuk memberikan ucapan syukur?

Menurut kisah dalam Lukas 17 ayat 11-19, hanya satu dari sepuluh orang yang kembali untuk memberikan ucapan syukur kepada Yesus. Hal ini mungkin terjadi karena sikap ingrat dan kurangnya kesadaran akan pentingnya bersyukur. Kadang-kadang, ketika kita terlalu sibuk dengan kehidupan sehari-hari, kita mudah melupakan berkat-berkat yang telah diberikan oleh Tuhan dan kurang bersyukur.

2. Mengapa Yesus mengomentari ketidakhadiran sembilan orang yang sembuh?

Yesus mengomentari ketidakhadiran sembilan orang yang sembuh karena Ia ingin menyadarkan kita akan pentingnya bersyukur dan mengenali kuasa-Nya dalam hidup kita. Yesus ingin agar kita tidak hanya mencari pertolongan-Nya saat kita membutuhkannya, tetapi juga memiliki sikap yang rendah hati dan bersyukur setiap saat.

3. Mengapa orang Samaria yang kembali mendapatkan pengakuan khusus dari Yesus?

Orang Samaria yang kembali untuk memberikan ucapan syukur mendapatkan pengakuan khusus dari Yesus karena imannya. Meskipun ia bukan seorang Yahudi, Yesus mengakui iman yang kuat dan menyelamatkannya. Hal ini menunjukkan bahwa Yesus tidak memandang latar belakang sosial atau etnis seseorang, melainkan hanya iman yang tulus.

Kesimpulan

Kisah Lukas 17 ayat 11-19 memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya bersyukur dan mengenali kuasa Allah dalam hidup kita. Dalam cerita ini, sepuluh orang yang menderita penyakit kusta mendapatkan kesembuhan dari Yesus, tetapi hanya satu dari mereka yang kembali untuk memberikan ucapan syukur. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya bersyukur atas berkat-berkat yang diberikan oleh Tuhan dan memiliki iman yang tulus. Mari kita belajar dari kisah ini untuk memiliki sikap yang rendah hati, bersyukur, dan mengakui kuasa Allah dalam hidup kita setiap hari.

Ayo, mari kita memiliki sikap yang rendah hati, bersyukur, dan mengenali kuasa Allah dalam hidup kita. Mari kita selalu mengucap syukur atas berkat-berkat yang diberikan kepada kita, dan berbagi kebaikan dengan orang lain. Dengan melakukan ini, kita dapat menjalani kehidupan yang bermakna dan berdampak positif bagi dunia di sekitar kita.

Faqih
Memberikan ilmu dan menginspirasi melalui kata-kata. Dari ruang kuliah hingga panggung motivasi, aku menciptakan pengetahuan dan semangat.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *