MATIUS 13:1-23: MENGUPAS KEINDAHAN IBARATAN YESUS DALAM GAYA PENULISAN JURNALISTIK BERNADA SANTAI

Posted on

Di tengah suasana pagi yang segar, Kota Tiberias terbangun dalam keheningan. Penduduk setempat bergegas mempersiapkan diri untuk hari yang baru. Namun, tanpa disangka, sebuah kerumunan besar telah berkumpul di tepi pantai Danau Galilea. Penasaran, saya memutuskan untuk bergabung dalam kerumunan tersebut dan menemukan diri saya terperangkap dalam momen yang luar biasa menggetarkan hati.

Gurunya, Yesus Kristus, duduk dengan tenang di atas perahu kecil sambil mengajarkan orang-orang yang rela mendengarkan. Matahari terbit girang di langit, menciptakan bayang-bayang menari di wajah-Nya saat mentari menyinari kerumunan yang bersemangat berdekatan.

Tak ingin menyia-nyiakan momen langka ini, saya coba memejamkan mata sejenak dan membayangkan diri saya berada di antara orang-orang yang mendengarkan-Nya langsung. Bagaimana rasanya mendengarkan ibaratan-Nya yang penuh makna, sungguh khayalan yang menyenangkan.

Yesus dengan cermat membuka bibir-Nya, “Mendengarkanlah! Tukang tabur keluar untuk menabur benih. Ketika ia menabur, ada beberapa benih jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung-burung dan memakannya.”

Dalam keheningan yang sepenuhnya terasa, saya dapat melihat para pendengar memekik dalam keheranan. Mereka menggigit bibir dan memalingkan pandangan satu sama lain sambil berbisik tentang kemungkinan arti di balik kata-kata-Nya. Seakan merasakan ini, Yesus melanjutkan ceritanya.

“Ada juga benih jatuh di atas tanah yang berbatu. Tidak lama setelah itu, bibit-bibit itu tumbuh, tetapi karena mereka tak memiliki kedalaman akar yang cukup, mereka menjadi layu saat matahari terik melanda, dan akhirnya mati kering.”

Mereka yang mendengar cerita tersebut terlihat memikirkan pesan yang disampaikan oleh Yesus. Pikiran saya terbang ke kehidupan sehari-hari, di mana seringkali kita seperti benih yang jatuh di atas tanah yang tidak subur. Kita dengan cepat mentumbuhkan keyakinan, tetapi tak mampu bertahan saat ujian hidup melanda. Sungguh menggetarkan hati.

Momen itu tak berhenti di situ saja. Yesus melanjutkan lagi, “Benih kedelai tumbuh di antara semak belukar, dan semak-semak itu mencekik benih tersebut sehingga tidak dapat tumbuh dan berbuah.”

Hening. Sepertinya semua yang mendengarkan sedang merenungkan pesan yang tersembunyi di balik kata-kata yang diucapkan Yesus. Keterikatan kita pada materi dunia seringkali memadamkan kemauan kita untuk berbuat baik dan berbagi dengan sesama.

Sungguh mengharukan melihat sederetan wajah bersinar dalam kelopak mata, menyerap kebijaksanaan yang disampaikan Yesus. Rasa ingin tahu saya menggelegak, sampai akhirnya Yesus melanjutkan paparannya, “Namun ada juga benih yang jatuh di tanah yang baik, mereka tumbuh subur dan berbuah melimpah, ada yang berbuah seratus kali, ada yang enam puluh kali, ada juga tiga puluh kali.”

Tawa riang pecah dalam kerumunan. Sinar harapan memancar dari wajah setiap pendengar-Nya. Yesus dengan sederhana mengajarkan kepada mereka bahwa hanya melalui hati yang tulus, kebenaran dan kebaikan dapat benar-benar tumbuh dan berbuah dalam hidup kita.

Matahari yang hangat menggantikan Keputusan yang telah dilahirkan. Orang-orang berpisah dengan senyum bahagia terukir di wajah mereka, terinspirasi oleh pengajaran Yesus yang sederhana namun penuh hikmah. Bersyukur atas kesempatan ini, saya melangkah menjauh dan menjernihkan pikiran, menatap kehidupan dengan pandangan yang baru.

Artikel ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca serta menguatkan nilai-nilai kebaikan yang terdapat dalam ibaratan Yesus. Semoga pengajaran-Nya dapat menjadi benih yang jatuh di tanah yang subur dalam hati kita, berbuah subur, dan memberikan makna dalam kehidupan ini. Dengan demikian, kita dapat hidup dalam damai dan cahaya melimpah.

Apa Itu Matius 13:1-23?

Matius 13:1-23 adalah salah satu perikop dalam Injil Matius, yang merupakan salah satu dari empat Injil yang terdapat dalam Alkitab Kristen. Matius 13:1-23 mengisahkan kisah perumpamaan Yesus tentang seorang penabur biji. Dalam perikop ini, Yesus menggunakan perumpamaan untuk mengajarkan umat-Nya tentang Kerajaan Surga.

Penjelasan Matius 13:1-23

Perikop Matius 13:1-23 dimulai dengan Yesus keluar dari rumah dan duduk di tepi danau. Banyak orang berkumpul di sekitarnya sehingga Ia naik ke sebuah perahu dan duduk di situ. Dari perahu, Yesus mulai mengajarkan mereka dengan perumpamaan.

Perumpamaan Penabur Biji

Yesus mengatakan, “Seorang penabur pergi menabur benihnya; dan ketika ia menabur, sebahagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung-burung dan memakannya. Sebahagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, tempatnya tidak ada banyak tanah; seketika itu juga itu tumbuh, sebab tanah itu tipis; tetapi setelah matahari terbit, terbakarlah ia dan kering karena tidak berakar. Sebahagian jatuh di tengah semak duri; semak duri itu tumbuh dan menutupinya. Tetapi sebahagian jatuh ke tanah yang baik, jatuh di mana ia menimbulkan hasil, seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, dan tiga puluh kali lipat” (Matius 13:3-8, TB).

Setelah mengatakan perumpamaan ini, para murid bertanya kepada Yesus mengapa Ia berbicara kepada mereka dengan perumpamaan. Yesus menjawab, “Kamu diberi kesempatan untuk mengetahui rahasia Kerajaan Surga, tetapi mereka tidak diberi kesempatan” (Matius 13:11, TB).

Yesus kemudian menjelaskan arti perumpamaan itu kepada murid-murid-Nya. Ia mengatakan bahwa benih yang jatuh di pinggir jalan melambangkan orang yang mendengar kabar Kerajaan, tetapi tidak mengerti dan setan datang dan merampas apa yang ditanamkan dalam hatanya. Benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu melambangkan orang yang dengan segera menerima kabar tersebut dengan sukacita, tetapi karena tidak mempunyai akar yang dalam, mereka menjadi goyah ketika dihadapkan dengan kesulitan atau penganiayaan karena iman mereka.

Benih yang jatuh di tengah semak duri melambangkan orang yang mendengar kabar tersebut, tetapi kehidupan dunia dan hal-hal yang tidak penting lainnya tumbuh dan mengasihinya, sehingga mereka tidak dapat menghasilkan buah. Namun, benih yang jatuh di tanah yang baik melambangkan orang yang mendengar dan mengerti kabar tersebut, dan mereka menghasilkan buah yang melimpah: seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, dan tiga puluh kali lipat.

Cara Matius 13:1-23

Untuk memahami Matius 13:1-23, kita perlu mengikuti langkah-langkah berikut:

1. Dengarkan Kabar Kerajaan Surga

Langkah pertama adalah mendengarkan dan menerima kabar Kerajaan Surga yang disampaikan oleh Yesus. Kabar ini adalah kabar tentang kasih Allah, pengampunan dosa, dan harapan kehidupan yang kekal bersama-Nya.

2. Mengerti dan Menghayati Kabar Tersebut

Setelah mendengarkan kabar tersebut, langkah selanjutnya adalah mengerti dan menghayati kabar itu dalam kehidupan sehari-hari. Ini melibatkan belajar Alkitab, berdoa, dan mempraktikkan ajaran Yesus dalam kehidupan sehari-hari.

3. Menjaga Hati dari Pengaruh Jahat

Penting untuk menjaga hati kita dari pengaruh jahat yang dapat merampas kabar Kerajaan Surga yang telah kita terima. Ini berarti menghindari godaan dosa, menjauhi lingkungan yang negatif, dan memilih untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah.

4. Menghindari Kehidupan Dunia yang Membusukkan

Kita juga perlu berhati-hati agar tidak terjerat oleh kehidupan dunia yang sementara ini. Ini berarti tidak terlalu tertarik pada kekayaan, kesenangan, atau popularitas duniawi, tetapi lebih fokus pada hal-hal yang kekal dan berharga di hadapan Allah.

5. Menghasilkan Buah yang Melimpah

Yang terakhir, kita harus menghasilkan buah yang melimpah sebagai bukti nyata dari iman kita kepada Yesus dan ajaran-Nya. Buah yang dimaksud adalah buah Roh, seperti kasih, sukacita, damai, kesabaran, kemurahan hati, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri (lihat Galatia 5:22-23).

FAQ

1. Apa arti dari benih yang jatuh di tanah yang baik?

Benih yang jatuh di tanah yang baik melambangkan orang yang mendengar dan mengerti kabar Kerajaan Surga, dan mereka menghasilkan buah yang melimpah: seratus kali lipat, enam puluh kali lipat, dan tiga puluh kali lipat.

2. Mengapa Yesus menggunakan perumpamaan dalam mengajar?

Yesus menggunakan perumpamaan dalam mengajar untuk menyampaikan kebenaran rohani dengan cara yang mudah dipahami dan mengundang orang untuk merenungkan maknanya. Perumpamaan juga membedakan manusia yang benar-benar ingin mencari dan memahami kebenaran dari mereka yang hanya mengikuti-Nya karena sensasi atau keajaiban-Nya.

3. Bagaimana kita dapat menjaga hati dari pengaruh jahat?

Kita dapat menjaga hati dari pengaruh jahat dengan memperkuat hubungan kita dengan Allah melalui doa, pembacaan Firman Tuhan, persekutuan dengan orang percaya lainnya, dan hidup dalam ketaatan kepada ajaran-Nya. Selain itu, kita juga perlu menjauhi segala bentuk godaan dan mencari pertolongan dari Roh Kudus untuk membantu kita menghadapi setiap godaan yang datang.

Kesimpulan

Matius 13:1-23 mengajarkan kita tentang betapa pentingnya menerima dan menghayati kabar Kerajaan Surga dalam kehidupan kita. Melalui perumpamaan tentang penabur biji, Yesus mengingatkan kita untuk memeriksa hati dan mengarahkannya kepada Allah. Kita perlu mendengarkan, mengerti, dan menghayati kabar tersebut, serta menjaga hati kita dari pengaruh jahat dan godaan dunia. Dengan menjaga hubungan yang erat dengan Tuhan dan menghasilkan buah Roh yang melimpah, kita dapat hidup sebagai anak-anak Kerajaan Surga dan menjadi berkat bagi orang lain. Mari berupaya untuk hidup sepenuhnya dalam kasih dan kebenaran Allah.

Walden
Menghasilkan kisah dan mengajar kreativitas. Dari menciptakan narasi hingga membimbing mahasiswa, aku menciptakan inspirasi dan pembelajaran dalam kata

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *