Ketika Artikel Jurnalistik Bersantai Menemui “1 Korintus 1 Ayat 18”

Posted on

Dalam perjalanan meneropong teks-teks suci Kitab Suci, tanggal 1 Korintus 1 ayat 18 menjulang tinggi sebagai tantangan besar. Dalam ayat ini, rasanya seperti terdapat suatu petir teologis dalam sebuah botol retret rohani yang berisi segala kemahakuasaan iman.

Perhatian sejenak, mari kita tengok apa yang dikatakan, “Sebab sabda salib adalah kebodohan bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan, ia adalah kekuatan Allah.” Wow, sangat berbeda dari tata bahasa yang kita biasakan, bukan?

Ayat ini menggelitik imajinasi dan menyentuh sisi rasa penasaran dalam hati kita. Sepertinya kita harus menggali lebih dalam lagi. Apa arti sebenarnya dari kata-kata ini?

Mari kita kita urutkan kata-kata tersebut. Sabda salib. Kebodohan. Mereka yang akan binasa. Kekuatan Allah. Semua kata-kata ini saling terkait dalam sebuah tarian yang menarik, dan inilah inti dari perenungan kita.

Sabda salib adalah takhta pengorbanan yang memisahkan kita manusia biasa dari kemahakuasaan ilahi; sebuah pengorbanan yang diberikan dengan kasih yang tak terbatas. Pada pandangan pertama, orang mungkin berpikir bahwa sabda salib adalah sesuatu yang dilahirkan dari kebodohan, karena apa yang terlihat sebagai kelemahan dan kehancuran.

Namun, ketika memandang lebih dekat, kita sadar bahwa dalam segala kebodohan itu ada hikmat yang tak terhingga. Bagi mereka yang dalam kegelapan batin, sabda salib adalah hentakan dari segala sesuatu yang diberikan oleh makna sejati. Bagi mereka yang bahkan belum menemukan arti hidup itu sendiri, sabda salib adalah sebuah terang untuk mengenali dan mencari, di tengah kerumitan yang tak terhitung.

Mereka yang akan binasa, disini merujuk pada mereka yang menolak memahami arti terbesar dari sabda salib. Mereka yang sibuk mencari keduniawian dan mengejarnya dengan penuh semangat, tanpa meluangkan waktu untuk mengheningkan diri dan menyerap makna yang sebenarnya dari sabda salib.

Kemudian, bagi kita yang diselamatkan, sabda salib adalah kekuatan Allah yang terbukti dalam pengorbanan-Nya. Keberadaan sabda salib adalah jalan yang membawa kita keluar dari keputusasaan dan mengubah hidup kita. Ia memberi kita kekuatan untuk melawan godaan dunia dan menemukan arti hidup yang abadi.

Dalam artikel ini, kita telah menyaksikan betapa mendalamnya kata-kata dalam 1 Korintus 1 ayat 18. Sabda salib dan kebinasaan, kekuatan Allah dan kebodohan, semuanya saling terhubung dan bertemu dalam satu titik. Di dalam kehidupan kita yang penuh tantangan ini, kata-kata ini menyala dengan kehilasan ajaran agung. Mengajak kita untuk terus mencari, merenung, dan menyelami makna yang penuh kasih itu.

Sejalan dengan kata-kata yang kita telusuri bersama, semoga kita dapat mengambil inspirasi baru, menghidupkan semangakuju terus berkembang dalam iman, dan menghadapi kerja dunia dengan penuh keyakinan.

Apa itu 1 Korintus 1 Ayat 18?

1 Korintus 1 ayat 18 merupakan salah satu ayat dalam bagian pertama surat Paulus kepada jemaat di Korintus, yang termuat dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen. Ayat ini berbunyi, “Kepadaku, Injil itu adalah suatu kabar baik, dan perjumpaan dengan Kristus itu adalah hikmat Allah bagi mereka yang diselamatkan; kepada orang-orang yang hilang, kabar ini menjadi batu sandungan.”

Penjelasan Mengenai 1 Korintus 1 Ayat 18

Dalam ayat ini, Paulus menyampaikan pengertian mengenai Injil sebagai suatu kabar baik. Injil sendiri adalah pesan keselamatan yang dibawa oleh Yesus Kristus kepada umat manusia. Bagi mereka yang menerima Injil dan beriman kepada Kristus, Injil menjadi suatu hikmat Allah yang memimpin mereka dalam hidup yang benar dan memberikan rahmat keselamatan.

Selanjutnya, Paulus juga menyampaikan bahwa bagi mereka yang tidak menerima Injil, kabar baik ini dapat menjadi batu sandungan. Hal ini merujuk kepada orang-orang yang tidak percaya dan menolak pesan Injil, sehingga mereka terjebak dalam kebingungan dan kegelapan rohani.

Dalam konteks surat ini, Paulus ingin menyampaikan bahwa Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan umat manusia. Ia ingin mengingatkan jemaat di Korintus untuk tidak tergoda oleh kebijaksanaan dunia yang menganggap pesan salib Kristus adalah kebodohan. Daripada mencari hikmat dunia yang fana, jemaat Korintus harus mengenali dan menyelami kebijaksanaan Allah yang terkandung dalam Injil.

Frequently Asked Questions (FAQ)

1. Bagaimana kita dapat menerima Injil dan hidup dalam hikmat Allah?

Untuk menerima Injil dan hidup dalam hikmat Allah, yang pertama kita harus percaya bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat dan menerima pengampunan dosa melalui iman kepada-Nya. Selanjutnya, kita perlu membaca dan mempelajari Firman Tuhan, berdoa, dan melibatkan diri dalam persekutuan dengan jemaat gereja. Dengan melakukan ini, kita akan terus bertumbuh dalam pengetahuan akan hikmat Allah dan mampu hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

2. Mengapa Injil bisa menjadi batu sandungan bagi orang yang tidak percaya?

Injil bisa menjadi batu sandungan bagi orang yang tidak percaya karena pesannya menuntut ketaatan kepada Allah dan memanggil manusia untuk bertobat dari dosa. Orang yang tidak mengakui kehadiran Allah dan menolak untuk mengubah hidupnya sesuai dengan ajaran-Nya, cenderung menolak pesan Injil yang menuntut perubahan hidup. Mereka mungkin menganggap pesan Injil sebagai kebodohan atau menganggapnya tidak relevan dengan kehidupan mereka.

3. Apa yang dimaksud dengan hikmat Allah dalam 1 Korintus 1 ayat 18?

Hikmat Allah dalam 1 Korintus 1 ayat 18 merujuk kepada pengetahuan dan pemahaman yang diberikan oleh Allah kepada mereka yang diselamatkan melalui iman kepada Kristus. Hikmat Allah ini meliputi pengetahuan akan kehendak-Nya, penerimaan kasih karunia dan pengampunan dosa, serta panduan dan pengarahan-Nya dalam hidup sehari-hari. Hikmat Allah memberikan pemahaman yang mendalam tentang arti hidup dan memberi panduan bagi umat-Nya untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Kesimpulan

1 Korintus 1 ayat 18 mengajak pembaca untuk merenungkan betapa pentingnya Injil dalam hidup orang percaya. Injil adalah kabar baik yang membawa keselamatan dan hikmat Allah kepada mereka yang percaya dan taat kepada-Nya. Bagi mereka yang tidak percaya, Injil bisa menjadi batu sandungan karena menuntut perubahan hidup dan ketaatan kepada Allah.

Untuk itu, penting bagi setiap orang untuk memperhatikan pesan Injil dan mengikutinya. Dengan menerima Injil dan hidup dalam hikmat Allah, seseorang dapat mengalami hidup yang penuh dengan makna dan tujuan yang sesungguhnya. Jangan biarkan kebijaksanaan dunia menghalangi kita untuk menerima pesan Injil sebagai dasar hidup kita.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *