Tak Ingin Hilang dari Peradaban? Menulislah!!!

Posted on

Orang boleh aja pandai setinggi langit. Tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

– Pramoedya Ananta Toer

Menulis adalah bekerja untuk keabdian. Jujur, saya sangat suka dengan kalimat ini. Dan memang benar, contohnya pun sudah sangat banyak. Saat ini kita pasti masih kenal dengan Imam Ghozali, Ibnu Katsir, Ibnul Qoyim, Ibnu Taimiyah, Buya Hamka, Plato, Sokrates, dan tokoh-tokoh lainnya.

Sampe dengan saat ini, karya-karya mereka masih bisa kita nikmati. Padahal kan mereka semua sudah engga ada lagi di dunia ini. Mereka semua sudah puluhan bahkan mungkin ratusan tahun meninggal dunia. Dan sudah tenang di alam sana. Tapi kenapa hingga saat ini nama mereka masih harum di telinga kita? Karya nya bro!!!.

Bekrja untuk Keabadian (Sumber: Unsplash.com)

Walaupun kita dengan Beliau semua beda generasi, beda zaman, dan mungkin belum pernah ketemu sebelumnya. Tetapi kita bisa tau tuh tentang ide, pikiran, dan gagasan cemerlang yang mereka sampaikan lewat tulisan-tulisannya yang masih ada hingga sekarang. Dan inilah yang di maksud Pramodya Ananta Toer tentang bekerja untuk keabadian.

Sampe dengan saat ini nih, tulisan-tulisan mereka masih sering dijadikan rujukan dan referensi oleh banyak orang. Bahkan mungkin pikiran-pikirannya pun masih sering mempengaruhi kehidupan kita walaupun kita dengan mereka semua tidak hidup dalam masa yang sama dan terpaut waktu berabad-abad lamanya. Wooouw… betapa magic nya sebuah tulisan itu!

Tapi masalahnya, banyak orang yang belum menyadari arti penting dari kegiatan yang namanya menulis. Bagi sebagain orang, menulis hanya di anggap sebagai sebuah aktivitas yang menguras pikiran dan meyita banyak waktu aja. Padahal kalo aja setiap orang tau manfaat dari aktivitas menulis ini. Saya rasa setiap orang akan berlomba-lomba untuk menghasilkan suatu karya yang bisa di kenang oleh sejarah. Lalu apa lagi sih sebenarnya yang dapat menguatkan kita agar semakin mantap unutuk mulai menulis? Ini nih beberapa diantaranya.

1. Belajar Membuat Karya

“Kalau kamu bukan anak raja, bukan pula anak ulama besar, maka menulislah.”

– Imam Al Ghazali

Jika kita merupakan seorang anak raja atau mungkin ulama besar, mungkin potensi kita untuk di kenal sangatlah besar. Tapi bukan? Yaa menulislah. Begitu mungkin pesan tersirat yang ingin disampaikan oleh Imam Ghazali. Jika kita hanya terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja, maka agar bisa dikenal oleh banyak orang lain haruslah membuat sebuah karya. Dan tumbuh menjadi seorang cendikiawan adalah salahsatu jalan diantaranya. Lewat jalan inilah nantinya kita bisa menjadi “terkenal” dan membawa kita melanglang buana ke mana-mana.

Menulis adalah bagian dari berkarya (Sumber: Kompas.com)

Coba deh, siapa yang mengenal Andrea Hirata sebelum novel pertamanya yang berjudul Laskar Pelangi diterbitkan dan beredar luas di masyarakat. Siapa juga yang mengenal Ahmad Fuadi sebelum novel yang berjudul Negeri 5 Menara beredar luas dan dilahap oleh masyakarat. Tapi berkat tulisan-tulisannya lah nama meraka bisa ikut membumbung dan di kenal luas oleh masyarakat. Semua itu berawal dari mana? Tulisan. Ya tulisan! Mereka semua bisa jadi tidak pernah menyangka kalo lewat karya tulis lah nama mereka bisa melambung. Makanya, skuyy mulai biasakan diri utk nulis :)).

2. Terbiasa Menyampaikan Ide dan Gagasan

Dan itu mahal bro!!!. Kalo kita gak membiasakan diri untuk menulis. Kita akan sangat kesulitan dalam menyampaikan sebuah gagasan. Parahnya lagi nih, seandainya aja kita pun punya ide cemerlang, sangat bagus, dan dapat menyelesaikan suatu permaslahan. Itu akan sia-sia saja ketika tidak disampaikan.

Pernah nih pengalaman pribadi, suatu ketika kan di tanya tentang suatu gagasan dalam sebuah diskusi. Nah udah ada tuh dalam hati mau menyampaikan ide dan gagasan. Tapi karena belum terbiasa, jadinya gak disampaikan tuh karena malu dan takut dianggap idenya receh.

Eh gak lama kemudian, tiba-tiba kesempatan untuk menyapaikan gagasan itu datang pada teman saya yang lainnya. Dan apa yang terjadi? Ternyata gagsan yang disampaikan oleh temen saya itu ide nya sama kaya yang mau saya sampaikan wkwk. Aseli tuh nyesek bangeet itu mah haha.

Menyampaikan gagasan bisa lewat tulisan (Sumber: Canva.com)

Nah kalo saya pribadi, biasanya memulai nyampaikan ide itu lewat tulisan terlebih dahulu. Kenapa? Sebab kan biasanya kalo langsung bicara mah agak susah yaa. Apalagi kalo emang orangnya pemalu dan belum punya pengalaman untuk speak up. Nah beda lagi kalo lewat tulisan.

Kita bisa bebas untuk mengungkapkan gagasan tanpa harus takut disalahkan oleh siapapun. Wong sebelum diterbitkan pasti dibaca sama sendiri dulu. Dan juga masih bisa direvisi kalo sekiranya ada kesalahan. Nah jangan sampe ide dan pemikiran kita justru terbuang gitu aja. Padahal bisa jadi lewat ide atau pemikiran yang ada di benak kita bisa membantu menyelesaikan masalah orang lain, sehingga bermanfaat.

Betapa tidak sedikit kan sebuah perubahan peradaban manusia dimulai dari sebuah ide yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dari karena tulisan itulah orang-orang menjadi terinspirasi lalu termotivasi melakukan perubahan. So, tunggu apalagi. Ayooo mulai nulis!

3. Mengasah Motorik Otak

Otak kita adalah organ yang sangat luar biasa. Tersusun atas milyaran sel dan neutron. Jika kita konversikan ke dalam ukuran memori telepon. Ukurannya bisa mencapai jutaan gigabyte. Kebayang gak tuh bisa di pake apa aja? Nah ini nih kapasitas otak manusia menurut Bartol Jr. yang dikutip dari SainsPop.com.

Kapasitas Otak Manusia (Sumber: Sainspop.com)

Nah kapasitas sebesar itu jika kita mampu mengoptimalkannya tentu saja akan sangat bermanfaat. Salahsatu cara untuk mensyukuri anugrah Tuhan tersebut adalah dengan cara menulis. Sebab menulis adala proses penuangan gagasan yang muncul dari otak kita untuk kemudian dituangkan dan dirangkai menjadi kata demi kata. Nah menulis juga bisa menjadikan pola pikir otak kita lebih sistematis, detail dan sedikit disiplin dengan pola habit (kebiasaan).

4. Menyiapkan Amal Jariyah

Pengetahuan yang telah kita dapatkan. Baik dari membaca, ikut seminar, ataupun pengalaman-pengalaman yang telah kita rasakan sebenernya dapat kita tuangkan melalui sebuah tulisan. Dan itulah yang membuat suatu ilmu menjadi lebih bermanfaat. Apapun itu ilmunya. Dan itu juga sebenernya esensi dari sebuah ilmu.

Kita belajar sesuatu hal yang baru dan kemudian kembali mengajarkannya kepada orang lain. Nah salahsatu cara yang bisa kita lakukan untuk melakukan hal tersebut adalah dengan menulis. Makanya jangan heran kalo menulis pun merupakan pekerjaan untuk menabung amal sholeh.

Menulis ibarat benih yang suatu saat hasilnya akan kita tuai (Sumber: Majelismujahidin.com)

Mungkin sudah sering kita dengar hadist yang bunyinya “Ketika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah segala amal kebaikannya kecuali tiga perkara. Pertama shodaqoh jariyah, kedua ilmu yang bermanfaat, dan ketiga anak sholeh yang berbakti kepada kedua orangtuanya”.

Dari ketiga hal tersebut, menulis bisa termasuk kepada ilmu yang bermanfaat. Jadi, daripada ilmu yang telah kita dapat itu mengendap di otak, atau mungkin justru menguap ke ankasa luar wkwkwk mending kita tuangin aja tuh dalam sebuah tulisan. Jadinya lebih bermanfaat kan!

5. Pilihan Kita Untuk di Kenang

Jika di liat-liat, sebenernya setiap orang punya potensi untuk menulis loh. Lah buktinya apaan? Coba aja deh liat tuh status-status di sosial media yang berseliweran di feed kita. Banyak banget kan tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh temen kita.

Bahkan mungkin di feed kita sendiri pun masih tersimpan tuh curahan-curahan hati berupa caption yang sampe sekarang masih terdokumentasikan. Bisanya kan orang Indonesia itu pinter-pinter tuh untuk bikin caption, apalagi kalo lagi melow wkwkwk. Biasanya panjang banget dah tulisannya. Dan aseli, itu keren bingiiits sebenernya.

Nah yang harus menjadi perhatian adalah, potensi tersebut hanya tinggal kita alihkan pada hal yang lebih positif aja. Menulis caption di sosial media it’s okay. Dan itu tidak masalah sama sekali. Tapi sayang banget kan jika ide-ide kita hanya terdokumentasikan di caption aja! Seandainya saja bisa dialihkan ke artikel, mungkin nantinya bisa menerbitkan sebuah buku dan kita bisa lebih di bermanfaat dan di kenang oleh masyarakat.

Silahkan pilih jalan yang paling benar (Sumber: Kompasiana.com)

Itu sih kembali lagi pada diri sendiri, apakah tulisan-tulisan kreatif kita hanya mau di tuangkan dalam caption c aja atau mau kita alihkan ke dalam bentuk karya yang luar biasa? It’s up to you bro!!! Silahkan pilih sendiri, ingin seperti apa diri anda di kenang oleh orang lain jika nanti sudah tidak ada di dunia?

Semoga kita semua segera mulai tergerak untuk menulis. Apapun itu. Yang penting mulai aja dulu! Sebab perlu diketahui pena itu memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Oleh sebab itu, berbagai macam ide dan gagasan jangan hanya disampaikan lewat kata-kata. Sebab setelah itu ia akan hilang seketika. Menulislah, maka semesta tak akan pernah menelanmu.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *