Islampos.com

Apakah Perceraian Berarti Menghancurkan Masa Depan Anak? Beberapa Hal yang Dapat Mengurangi Dampak Perceraian pada Anak

Posted on

Setiap orang yang menikah pasti berharap bisa memiliki keluarga yang harmonis dan bahagia. Namun kenyataannya tidak semua orang mampu mempertahankan keutuhan dalam berumah tangga.

Mommiesdaily.com

Penyebabnya pun beragam. Mulai dari masalah ekonomi, merasa tidak dihargai sebagai seorang pasangan, hingga hal-hal pribadi yang tidak dapat diungkapan kepada khalayak umum.

Berakhirnya suatu hubungan pernikahan atau yang lebih dikenal dengan istilah perceraian adalah suatu hal yang sangat mengerikan bagi sepasang suami istri yang menjalaninya.

Sebab perceraian memang dapat meninggalkan trauma tersendiri bagi orang yang mengalaminya, terlebih jika sudah memiliki anak. Pasti akan sulit untuk menjelaskan tentang yang sudah terjadi dan apa yang menjadi alasan orang tua saat pengambilan keputusan untuk berpisah.

Tidak sedikit pula orang yang lebih memilih untuk mempertahankan rumah tangganya meski hubunganya tak lagi sehat dengan alasan kasihan dengan anak jika orang tuanya harus berpisah, hal itu akan membuat anak kehilangan satu figur penting dalam hidup.

Padahal kondisi mempertahankan hubungan dengan kondisi yang tidak ideal, atau sering terjadi konflik yang tidak diselesaikan malah akan memberi dampak yang lebih buruk dari sebuah perceraian loh. Dan bukan jaminan pula, jika orang tua tinggal dalam satu atap berarti anak akan mendapat figur yang lengkap.
Dalam hal ini, tidak berarti saya menganjurkan perceraian untuk setiap orang yang mempunyai konflik dalam rumah tangga yaa. Mempertahankan atau melepaskan tetap ada konsekuensi yang harus diterima.

Seperti yang kita ketahui, dalam setiap perceraian akan mendatangkan luka psikis pada anak. Apalagi jika anaknya masih dibawah umur, belum mengerti tentang kondisi yang terjadi dalam keluarganya. Pasti akan sulit bagi anak untuk memahami alasan mengapa orang tuanya berpisah.

Islampos.com

Untuk mengurangi dampak buruk dari perceraian, maka lakukanlah hal-hal berikut ini.

Yakinkan anak bahwa ia tetap dicintai.

Setiap cinta yang diberikan oleh orang tua kepada anak dapat menjadi kekuatan tersendiri bagi seorang anak. Merasa dicintai juga dapat memberikan kepercayaan diri kepada anak karena merasa diterima.

Walaupun sudah berpisah dengan pasangan maka pastikan bahwa anak tetap merasa dicintai. Tunjukan dengan hal-hal kecil. Mulai dari selalu menanyakan kabar atau hadir setiap kali anak membutuhkan sosok orang tua. Jangan lupa katakan bahwa kalian (orang tua) tetap mencintai mereka meski sudah tidak tinggal bersama lagi.

Dengarkan pendapat anak.

Walaupun anak masih dibawah umur atau dianggap belum mengerti tentang keadaan orang dewasa, namun tidak ada salahnya untuk mendengarkan pendapat anak. Cobalah sesekali untuk menanyakan bagaimana perasaan anak pasca perceraian. Dengarkan semua keluh kesah mereka dengan sepenuh hati.

Karena dengan mendengarkan pendapat anak juga memberikan keuntungan bagi orang tua untuk mengetahui perasaan dan emosi anak. Dan dengan mengutarakan semua perasaannya dapat mengurangi rasa frustasi yang mereka rasakan.

Sebenarnya mendengarkan perasaan atau pendapat anak tidak hanya berlaku untuk para orang tua yang bercerai, karena mengetahui perasaan anak yang sedang dirasakan juga bisa membantu bonding dengan orang tua semakin dekat.

Jangan Jadikan Anak Sebagai Perantara.

Biasanya alasan perceraian paling utama adalah tentang buruknya komunikasi yang terjadi. Hal tersebut bisa menjadi semakin memburuk pasca perceraian. Apalagi jika masing-masing pihak merasa menjadi korban.

Padahal jika kedua belah pihak mau untuk mengakui bahwa semua menyumbang kesalahan mungkin keadaannya akan sedikit membaik.

Dan yang biasa terjadi pada perceraian adalah menjadikan anak sebagai perantara dalam menyampaikan pesan ketika orang tua ingin berkomunikasi dengan mantan.

Hal tersebut lah yang sering membuat anak dalam keadaan serba salah. Dan dapat membuat psikis anak semakin memburuk. Bukannya anak yang dimengerti tetapi secara tidak langsung orang tua lah yang meminta dimengerti oleh anak.

Jujur dengan Anak

Orang tua yang sudah bercerai terkadang tidak bisa konsisten dengan apa yang sudah dijanjikan diawal. Misalnya, awalnya berjanji bahwa akan mengunjungi dan mengajak bermain saat liburan. Tapi karena suatu hal maka tidak bisa memenuhi janji tersebut.

Maka jelaskanlah apa yang sebenarnya terjadi hingga membuat Anda tidak bisa memenuhi janji itu. Agar sang anak tidak merasa dibohongi dan merasa tetap dianggap penting walaupun sudah tidak bersama lagi.

Transisi dengan damai.

Tidak mudah memang untuk tetap berhubungan baik atau bersikap biasa saja dengan mantan setelah terjadi perceraian. Sebenarnya tidak harus berteman baik jika memang belum siap, namun saat sudah memutuskan untuk bercerai seharusnya sudah mempersiapkan banyak hal demi kebaikan bersama.

Menurunkan ego memang bukanlah hal mudah, tapi jika mengingat bahwa sikap orang tua sangat menentukan kepribadian anak maka sudah sepatutnya untuk mencobanya.

Tetap Berusaha Kompak dengan Mantan.

Menjadi orang tua adalah pekerjaan seumur hidup, itu bukanlah hal yang mudah. Apalagi jika kondisinya sudah berpisah.

Maka diperlukan kedewasaan dan keharusan menurunkan ego dalam pengasuhan anak. Karena perceraian bukan berarti selesainya peran sebagai orang tua.

Demi kebaikan anak, bicarakan dan diskusikan semua hal apapun tentang kebutuhan anak dengan mantan pasangan. Berbagilah peran, walau sudah tidak sebagai pasangan tapi sebagai orang tua.

Ucapkan selamat tinggal dengan senyuman.

Dalam sebuah perceraian biasanya yang menjadi masalah besar adalah tentang hak asuh anak. Dengan siapapun anak tinggal lagi-lagi orang tua diharuskan untuk bisa menurunkan ego nya.

Buatlah kesepakatan kapan anak tinggal dengan ibu, kapan dengan ayah. Atau berikan kebebasan pada anak untuk memilih kapanpun ia ingin tinggal dengan ayah atau ibunya.

Tersenyumlah ketika anak dijemput mantan Anda, ucapkan ‘sampai bertemu lagi’, tanpa cemberut atau air mata berderai-derai. Ini agar anak mendapat lingkungan yang stabil bersama kedua orangtuanya.

Lingkungan yang stabil sangat diperlukan untuk tumbuh kembang mereka

**

Tidak pernah ada orang yang mengharapkan bercerai ketika menikah, namun tak semua hal dapat berjalan sesuai dengan harapan kita.

Perceraian memang sesuatu yang buruk namun kadang itu bisa menjadi pilihan terbaik dibandingkan dengan memiliki keluarga utuh tapi sering memperlihatkan konflik dalam rumah tangga dihadapan anak, mungkin dengan bercerai bisa membuat keadaan lebih nyaman untuk semua pihak.

Karena saat orang tua sering melakukan pertengkaran didepan anak itu akan sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Penelitian membuktikan anak yang melihat langsung pertengkarang orangtua akan lebih sulit beradaptasi dengan kondisi baru, dibandingkan dengan anak yang tidak melihat pertengkaran orangtuanya.

Perceraian tidak selalu memberi dampak yang buruk asalkan orang tua tetap mau berusaha kompak menjadi yang terbaik untuk kesejahteraan anaknya. Karena jika orang tua tidak memberikan kesejahteraan pada anak, terlebih selama dan setelah perceraian, kesehatan mental dan emosional jangka panjang anak dapat terganggu,bahkan bisa mengakibatkan perasaan cemas berlebih dan depresi. Lalu bisa saja memicu anak untuk terjerumus kedalam hal-hal negatif.

Jalan hidup setiap orang berbeda-berbeda, semua orang berhak bahagia dengan caranya sendiri.

Avatar
Hanya Seseorang yang ingin mencoba membuat karya dan berbagi melalui sebuah tulisan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *